Dulu sewaktu masih kuliah di daerah Salemba, pulang kuliah biasanya
mampir dulu ke perempatan Pasar Senen. Hunting buku-buku bekas dan loakan, atau
buku yang tak laku dijual. Maklumlah kalau namanya orang kuliah biasanya faktor
harga sangatlah penting. Dalam bahasa Jawa Timuran "puenting pol".
Kalau melihat buku bagus dan sesuai dengan anggaran yang bisa dipaksakan
sedikit maka ia akan terbeli dan "ga pake lama". Tapi bila buku bagus
itu agak sombong sedikit harganya alias matre, maka dijamin buku matre itu tak
akan sanggup hijrah ke tempat yang telah ditentukan oleh penginginnya, sembari
dalam setiap saat terlantun do'a,
"Ya Allah, semoga buku matre itu tidak ada peminatnya kecuali
diriku yang kere ini. Pertemukanlah diriku dengannya dan izinkan untuk
memilikinya. Jangan pindahkan tempatnya dan sampaikan diriku padanya di bulan
depan saat tanda tangan telah berbuah pembagian."[1]
Tiba di bulan yang telah diharapkan, ternyata do'a tinggallah do'a.
Harapan tinggal harapan. Sebab buku matre itu telah bertemu jodoh dengan orang lain. Tinggal aku sendiri
terpaku menatap langit. Meski tak sampai menanti jawaban darinya.
Namun niat suci nan ikhlas
akan selalu berbalas. Sebab Allah adalah Zat yang Maha Welas. Meski kekasih
pertama sudah hilang bekas, tapi Allah telah berkenan menggantinya dengan yang lebih
berkelas. Dan aku pun telah sah memilikinya.
Di antara buku yang pernah berpindah ke tempat yang lebih mulia dan saya
angkat derajat, harkat dan martabatnya—karena sebelumnya ia hanya tinggal
beralas terpal di tepian jalanan—adalah:
- Syi'ah Berbohong Atas Nama Ahlul Bait.
Buku tersebut hasil terjemahan edisi bahasa Arab yang berjudul As Syi'ah
wa Ahlul Bait. Dan buku ini sebenarnya adalah salah satu dari trilogi buku syi'ah
"As Syi'ah was Sunnah", As Syi'ah wat Tasyayyu', dan "As Syi'ah
wa Ahlul Bait" tulisan Syeikh Dr. Ihsan Ilahi Dhahir.
Edisi terjemahan ini adalah
cetakan kedua tahun 1988 oleh penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya dan alih bahasa
oleh ustadz Bey Arifin dan Mu'amal Hamidy dengan tebal 391 halaman.
Segala kebohongan ulama-ulama
Syi'ah telah terbongkar semuanya dalam buku ini. Khususnya kebohongan mereka
yang selalu berteriak cinta ahlul bait. Lebih tepatnya mereka adalah musang
berbulu domba. Ternyata ahlul bait dalam keyakinan mereka adalah ahlul bait
yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Sangat pas kalau mengambil istilah bahasa
jawa Timuran, yaitu "sak uenak'e udele" dalam membuat definisi dan
keyakinan.
Namun sayangnya, sampai detik
ini niat memoligaminya belum terlaksana. Yaitu memiliki dua kekasih lainnya
yang edisi bahasa Indonesia. Syukurlah edisi maya dalam bahasa Arab sudah
termiliki, meski masih berharap dapat memeluk yang edisi nyata.
Di antara keajaiban dan
keanehan dalam kitab-kitab Syi'ah yang dikutip riwayatnya oleh Syeikh Ihsan
adalah:
Abul Hasan At Thari' pernah
bertanya kepada Abu Abdillah as. tentang wanita yang memperlihatkan
kemaluannya, maka jawabnya, "boleh."[2]
Padahal kalau industri film
porno Amerika, Rusia dan Jepang tak perlu ajaran agama saat memperlihatkan
kemaluan, ini mempertontonkan kemaluan masuk dalam ajaran agama.
Lalu ada riwayat dusta atas
nama Ja'far bin Al Baqir yang berkata,
"Apabila madzi dan wadi
keluar dari kemaluannya saat shalat, maka jangan engkau mandi dan jangan pula
engkau batalkan shalat serta jangan batalkan wudhu sekalipun sampai di kedua
tumitmu, sebab air itu sama dengan ingus."[3]
Sungguh aneh bin ajaib ada
orang shalat sambil madzi atau wadinya meler sampai tumit. Kira-kira apa yang
dibayangkan dalam shalatnya? Jangan-jangan kemaluan wanita.
Ya, boleh jadi ia shalat
sambil membayangkan wanita-wanita cantik yang memperlihatkan kemaluannya. Karena
melihat wanita cantik yang bukan mahramnya adalah halal bagi laki-laki,
sebagaimana diwayat dusta atas nama Abul Hasan,
"Sebab melihat wajah
wanita cantik itu mata bisa menjadi terang."[4]
Atau mungkin mereka shalat
sambil nonton video porno buatan Amerika atau Jepang atau Rusia atau Italia
atau orang-orang asing lainnya. Sebab melihat kemaluan orang bukan Islam itu sama
dengan melihat kemaluan keledai. Dan ini adalah riwayat dusta lainnya atas nama
Ja'far.[5]
- Saqifah Penyelamat Persatuan Umat.
Buku ini ditulis oleh bapak
Saleh A. Nahdi sebagai bantahan atas dusta dan kebohongan buku Saqifah Awal
Perselisihan Umat karangan O. Hashem. Buku O. Hashem adalah propaganda akidah
Syi'ah dengan mendiskreditkan Khulafa'ur Rasyidin minus Ali radhiyallahu anhum,
para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam khususnya seorang sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi yaitu Abu Hurairah radhiyallahu
anhu.
Buku berharga yang atas izin
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadi koleksi pribadi ini dicetak tahun 1992 oleh
penerbit PT. Arista Brahmatyasa Jakarta dengan jumlah 150 halaman.
Bantahan dalam buku ini
terfokus pada tiga tema yaitu; kedudukan para sahabat Nabi shallallahu alaihi
wasallam, pelurusan sejarah dalam peristiwa Ghadir Khum, dan juga masalah
Fadak.
Fairuz Ahmad.
Bintara di siang yang redup, 14 Muharram 1435 H./18 Nopember 2013 M.
[1] Ungkapan ini akan dimengerti oleh teman-teman sejati baik semasa di
Salemba dulu atau yang sekarang di Warung Buncit saja, dan di antara ungkapan
yang semisal dan lebih terkenal adalah, At tauqii' bilaa tauzii' kas syajar
bilaa tsamar.
[2] Al Istibshaar 3/141.
[3] Al Furu' Minal Kafi 3/39. At Tahdzib 1/21. Al Istibshaar 1/94.
[4] Al Khishal bab Ats Tsalatsah 1/99.
[5] Al Furu' Minal Kafi
2/214. Kitab Az ziyy wat Tajammul 6/501.