Kamis, 21 November 2013

Perempatan Senen Dalam Kenangan




Dulu sewaktu masih kuliah di daerah Salemba, pulang kuliah biasanya mampir dulu ke perempatan Pasar Senen. Hunting buku-buku bekas dan loakan, atau buku yang tak laku dijual. Maklumlah kalau namanya orang kuliah biasanya faktor harga sangatlah penting. Dalam bahasa Jawa Timuran "puenting pol". Kalau melihat buku bagus dan sesuai dengan anggaran yang bisa dipaksakan sedikit maka ia akan terbeli dan "ga pake lama". Tapi bila buku bagus itu agak sombong sedikit harganya alias matre, maka dijamin buku matre itu tak akan sanggup hijrah ke tempat yang telah ditentukan oleh penginginnya, sembari dalam setiap saat terlantun do'a,

"Ya Allah, semoga buku matre itu tidak ada peminatnya kecuali diriku yang kere ini. Pertemukanlah diriku dengannya dan izinkan untuk memilikinya. Jangan pindahkan tempatnya dan sampaikan diriku padanya di bulan depan saat tanda tangan telah berbuah pembagian."[1]

Tiba di bulan yang telah diharapkan, ternyata do'a tinggallah do'a. Harapan tinggal harapan. Sebab buku matre itu telah bertemu jodoh dengan orang lain. Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit. Meski tak sampai menanti jawaban darinya.

Namun niat suci nan ikhlas akan selalu berbalas. Sebab Allah adalah Zat yang Maha Welas. Meski kekasih pertama sudah hilang bekas, tapi Allah telah berkenan menggantinya dengan yang lebih berkelas. Dan aku pun telah sah memilikinya.

Di antara buku yang pernah berpindah ke tempat yang lebih mulia dan saya angkat derajat, harkat dan martabatnya—karena sebelumnya ia hanya tinggal beralas terpal di tepian jalanan—adalah:

  1. Syi'ah Berbohong Atas Nama Ahlul Bait.

Buku tersebut hasil terjemahan edisi bahasa Arab yang berjudul As Syi'ah wa Ahlul Bait. Dan buku ini sebenarnya adalah salah satu dari trilogi buku syi'ah "As Syi'ah was Sunnah", As Syi'ah wat Tasyayyu', dan "As Syi'ah wa Ahlul Bait" tulisan Syeikh Dr. Ihsan Ilahi Dhahir.

Edisi terjemahan ini adalah cetakan kedua tahun 1988 oleh penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya dan alih bahasa oleh ustadz Bey Arifin dan Mu'amal Hamidy dengan tebal 391 halaman.

Segala kebohongan ulama-ulama Syi'ah telah terbongkar semuanya dalam buku ini. Khususnya kebohongan mereka yang selalu berteriak cinta ahlul bait. Lebih tepatnya mereka adalah musang berbulu domba. Ternyata ahlul bait dalam keyakinan mereka adalah ahlul bait yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Sangat pas kalau mengambil istilah bahasa jawa Timuran, yaitu "sak uenak'e udele" dalam membuat definisi dan keyakinan.

Namun sayangnya, sampai detik ini niat memoligaminya belum terlaksana. Yaitu memiliki dua kekasih lainnya yang edisi bahasa Indonesia. Syukurlah edisi maya dalam bahasa Arab sudah termiliki, meski masih berharap dapat memeluk yang edisi nyata.

Di antara keajaiban dan keanehan dalam kitab-kitab Syi'ah yang dikutip riwayatnya oleh Syeikh Ihsan adalah:

Abul Hasan At Thari' pernah bertanya kepada Abu Abdillah as. tentang wanita yang memperlihatkan kemaluannya, maka jawabnya, "boleh."[2]

Padahal kalau industri film porno Amerika, Rusia dan Jepang tak perlu ajaran agama saat memperlihatkan kemaluan, ini mempertontonkan kemaluan masuk dalam ajaran agama.

Lalu ada riwayat dusta atas nama Ja'far bin Al Baqir yang berkata,

"Apabila madzi dan wadi keluar dari kemaluannya saat shalat, maka jangan engkau mandi dan jangan pula engkau batalkan shalat serta jangan batalkan wudhu sekalipun sampai di kedua tumitmu, sebab air itu sama dengan ingus."[3]

Sungguh aneh bin ajaib ada orang shalat sambil madzi atau wadinya meler sampai tumit. Kira-kira apa yang dibayangkan dalam shalatnya? Jangan-jangan kemaluan wanita.

Ya, boleh jadi ia shalat sambil membayangkan wanita-wanita cantik yang memperlihatkan kemaluannya. Karena melihat wanita cantik yang bukan mahramnya adalah halal bagi laki-laki, sebagaimana diwayat dusta atas nama Abul Hasan,

"Sebab melihat wajah wanita cantik itu mata bisa menjadi terang."[4]

Atau mungkin mereka shalat sambil nonton video porno buatan Amerika atau Jepang atau Rusia atau Italia atau orang-orang asing lainnya. Sebab melihat kemaluan orang bukan Islam itu sama dengan melihat kemaluan keledai. Dan ini adalah riwayat dusta lainnya atas nama Ja'far.[5]

  1. Saqifah Penyelamat Persatuan Umat.

Buku ini ditulis oleh bapak Saleh A. Nahdi sebagai bantahan atas dusta dan kebohongan buku Saqifah Awal Perselisihan Umat karangan O. Hashem. Buku O. Hashem adalah propaganda akidah Syi'ah dengan mendiskreditkan Khulafa'ur Rasyidin minus Ali radhiyallahu anhum, para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam khususnya seorang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi yaitu Abu Hurairah radhiyallahu anhu.

Buku berharga yang atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadi koleksi pribadi ini dicetak tahun 1992 oleh penerbit PT. Arista Brahmatyasa Jakarta dengan jumlah 150 halaman.

Bantahan dalam buku ini terfokus pada tiga tema yaitu; kedudukan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, pelurusan sejarah dalam peristiwa Ghadir Khum, dan juga masalah Fadak.

Fairuz Ahmad.

Bintara di siang yang redup, 14 Muharram 1435 H./18 Nopember 2013 M.

[1] Ungkapan ini akan dimengerti oleh teman-teman sejati baik semasa di Salemba dulu atau yang sekarang di Warung Buncit saja, dan di antara ungkapan yang semisal dan lebih terkenal adalah, At tauqii' bilaa tauzii' kas syajar bilaa tsamar.

[2] Al Istibshaar 3/141.

[3] Al Furu' Minal Kafi 3/39. At Tahdzib 1/21. Al Istibshaar 1/94.

[4] Al Khishal bab Ats Tsalatsah 1/99.

[5] Al Furu' Minal Kafi 2/214. Kitab Az ziyy wat Tajammul 6/501.