Rabu, 25 Desember 2013

Agama Rasa Coklat

Saya punya langganan seorang agen pengiriman barang paket, bukan orang pribumi dan beragama nashrani. sudah kenal lama, saking kenalnya setiap saya kirim barang diberi diskon untuk paket tertentu.

Suatu saat setelah lebaran Idul Fitri, saya datang untuk kirim paket, tiba-tiba sambil tersenyum menyambut saya dia bilang, "Selamat Idul Fitri ya pak.."

"Ohya pak terima kasih...." jawab saya.
Tapi saya pun lihat orang tersebut sampai sekarang tidak berubah meski saya tidak mengucapkan selamat natal padanya. saya masih mengajaknya ngobrol tanpa perlu merasa tidak enak tidak membalas ucapan selamatnya.

Terus bagaimana dengan orang yang merasa tidak enak kalau tidak membalas ucapan selamatnya?

Ya salah sendiri kenapa beragama pakai perasaan. Sebab menurut perasaan, shalat berjama'ah di masjid juga bisa jadi tidak enak bila disangka pamer ahli masjid, akhirnya shalat di rumah padahal jantan. Shalat merapatkan shaf juga menurut perasaan tidak enak karena menempel-nempel, akhirnya shalat sambil jaga jarak aman padahal sesama muslim.

Beragama itu bukan soal rasa dan perasaan. Bila sekedar rasa dan perasaan maka orang bisa salah kira bahwa setiap yang coklat adalah coklat padahal itu "sesuatu" yang dipoles coklat.
Fairuz Ahmad.
Bintara, 22 Shafar 1435 H./24 Desember 2013 M.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar