Sepertinya ada satu pelajaran penting dari kata "ihtisaban"
yang diungkapkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam beberapa haditnya
terkait dengan ibadah.
Shalat harus dilaksanakan dalam rangka ihtisaban, juga puasa, zakat,
haji, jihad dan ibadah-ibadah lainnya termasuk ibadah ghairu mahdhah.
Seandainya ibadah-ibadah itu dilakukan tidak dalam rangka ihtisaban
yaitu hanya mengharap redha Allah semata, pastilah ibadah-ibadah itu hanya
berdampak pada lelahnya jiwa dan fisik seseorang.
Sebab semua ibadah itu tentulah memiliki fungsi masing-masing. Dan
fungsi-fungsi itulah yang hanya dapat diraih melalui pintu ihtisab. Dan Allah
hanya akan memberikan kemampuan ibadah-ibadah tersebut untuk menjalankan
fungsinya saat Dia redha terhadap hamba-hamba-NYA yang beribadah dengan
ihtisab.
Shalat akan berfungsi
mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Puasa akan berfungsi
meningkatkan ketakwaan seseorang sebab puasa melemahkan hawa nafsu.
Zakat dan sedekah akan berfungsi meningkatkan kesucian jiwa, sedang
kesucian jiwa akan memupuk rasa rendah hati pada sesama.
Jihad akan membangkitkan jiwa
solidaritas dan perhatian terhadap sesama saudara seiman.
Begitulah seharusnya ibadah-ibadah itu menjalankan fungsi masing-masing.
Namun saat ia dilaksanakan hanya sekedar gerak dan penampilan, maka ia hanya
akan merubah fisik yang sehat menjadi sakit, jiwa yang segar menjadi letih, dan
perasaan lapang menjadi sempit.
Oleh karena itu, bilamana ibadah-ibadah yang telah kita lakukan belum
menjalankan fungsi-fungsinya sebagaimana mestinya, maka boleh jadi kita tak
sadar belum mengiringinya dengan ihtisab.
Dan tanda kita belum ihtisab adalah makin letihnya fisik dan melemahnya
jiwa saat harus bertemu kembali dengan kewajiban-kewajiban ibadah berikutnya.
Sekedar pengetahuan bagi kita semua bahwa kata ihtisab berasal
dari kata dasar hasaba, hasiba dan juga hasuba. Hasaba
secara bahasa berarti menghitung, sedang hasiba berarti mengira, meski
dalam penggunaannya kedua kata itu seringkali memunculkan makna-makna lain tergantung
konteks kalimat saat kedua kata itu digunakan.
Dan seluruh makna dari hasaba dan hasiba ternyata selalu bisa dikaitkan
dengan tujuan ibadah dalam rangka meraih dan menjalankan fungsinya.
Bukankah makna menghitung dan menghargai, ... Terkait dengan ibadah?
Fairuz Ahmad.
Bintara, 6 Syawal 1434 H./ 12
Agusutus 2013 M.