Namanya salaman ya memakai
tangan bukan memakai mata. Sebab kalau mata dengan mata namanya tatapan. Tapi
tahukah kita, bahwa tatapan mata ke mata saat bersalaman adalah tanda
keridhaan. Ridha sepenuh hati saat menyalami dan disalami. Sebab salaman
terpaksa biasanya muncul tandanya pada mata. Kadang pada mulut. Dan kadang pada
keduanya.
Mata yang tak akur dengan
tangan pasti ia akan menyetir kepala agar melengoskan ke tempat lain supaya
mata tak bertatap mata. Bila ia terpaksa menatap mata, maka ia akan menyetir
mulut agar jangan sampai menyungging senyum. Kalau pun mulut sudah kadung
tersenyum maka ia akan menatap namun sekelebat saja. Namun yang lebih
diinginkan adalah mata jangan sampai bertatap mata, dan mulut jangan sampai
menyungging senyum. Mahal.
Suatu malam ada undangan
tasyakkuran tetangga yang mau berangkat haji. Sesampainya di tempat tuan rumah,
maka bersamaan dengan orang-orang yang baru datang, saya bersalaman dengan
beberapa undangan yang sudah datang duluan. Mereka sudah duduk di ruang depan
rumah. Beberapa orang yang di depan saya bersalaman dan saya pun bersalaman
dengan mereka. Karena pintu rumah ada di bagian kiri maka otomatis yang
disalami duluan adalah orang-orang yang duduk senderan di tembok sebelah kiri,
lalu berlanjut memutar. Namun karena harus membiasakan sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dengan memulai dari kanan, maka saya putuskan untuk
memulai salaman dari sebelah kanan. Toh setelah saya amati tidak ada orang yang
lebih tua yang duduk di sebelah kiri. Ternyata permulaan dari kanan inilah yang
menyebabkan ketidakridhaan seseorang yang kebetulan duduk di sebelah kiri.
Sepertinya dia merasa harus mendapat kehormatan permulaan salaman. Dan saat
sampai pada orang tersebut, saya pun bersalaman dengan tangannya. Tapi tanpa
mata dan mulutnya.
Sejatinya saat bersalaman,
tangan, mata dan mulut adalah budak hati. Karenanya ia tergantung pada kendali
hati. Maka bukanlah kesalahan mata saat kepala melengos, sebagaimana bukan
salah mulut saat ia hanya terkatup. Mereka adalah budak, dan hati adalah
tuannya.
"Jika ia baik maka
baiklah seluruh tubuh, namun bila ia buruk maka buruklah seluruh tubuh."
Begitulah pesan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam.
-------------
Fairuz Ahmad.
Bintara, 6 Dzulqa'dah 1434 H./ 11 September 2013 M.