Lembar kenangan DR. Nezar Rayyan semasa berjihad di Gaza seperti penuturan anaknya, Baraa Nezar
DR. Nezar Rayyan pernah ditanya:
"Kami dengar anda memberi ongkos pulang-pergi untuk anak-anak anda dalam menghadapi pertempuran melawan zionis?"
Beliau rahimahullah menjawab:
"Itu tidak benar, saya hanya memberi ongkos perginya saja."
----------
Pada hari dimana rudal israel menghantam mobil anak laki-lakinya
(saudara saya), Belal Nezar Rayyan, yang menyebabkan ia terluka parah,
maka para dokter berkata kepada ayahnya , DR. Nezar Rayyan,:
"Kemungkinan kita harus mengamputasi kakinya!!"
Beliau menjawab:
"Saya telah mempersembahkan kepalanya untuk Allah, barang siapa yang
telah mempersembahkan kepala, ia tidak perlu lagi ditanya tentang kaki!!"
----------
Saat DR. Nezar Rayyan melepas anaknya,
Ibrahim Nezar Rayyan, beberapa jam sebelum syahidnya (insya Allah),
terlihat dari pintu rumahnya ia mengulurkan tangannya untuk menyalami
ayahnya, sang ayahpun meletakkan tangannya di pundak Ibrahim agar
keduanya tidak berdekatan.
Setelah anaknya pergi, ayah berkata:
"Sebenarnya aku sangat ingin memeluknya untuk terakhir kali, hanya saja
aku takut hal itu akan berdampak pada keteguhan jiwanya."
----------
Saat hari-hari berlangsungnya pertempuran sengit dan dalam kondisi yang
sangat genting, tidak pernah Beliau meninggalkan shalat di masjid,
setiap hari beliau masih berceramah dalam kondisi seperti itu untuk
mengokohkan jiwa orang-orang dan menguatkan tekad mereka, dan belum
pernah beliau terlihat tidak ikut menshalatkan jenazah.
Saya
sering pergi bersamanya, pernah suatu hari saya mendapatinya dalam
keadaan sakit karena beberapa luka di tubuhnya, saat beliau memasuki
pintu pemakaman, ia langsung mendekati tanah dan duduk di atasnya
sembari melepaskan segala kekuatan badannya, ia selalu berbuat seperti
itu.
-----------
Pernah suatu hari karena beliau keletihan
berjalan, kami buru-buru mencari mobil untuk membawanya pulang, lalu
paman saya mencari mobil, dan setelah mendapat mobil sewaan di jalan ia
langsung membawanya ke tempat kami tanpa memberi tahu sopir kalau ia
akan mengantar Nezar Rayyan.
Saat ayah mendekati mobil, terihat
muka sopir yang agak berubah, ayah saya harus memberi tahu tentang
bahaya yang mengancam dalam perjalanan nanti, ia pun berbicara kepada
sopir:
"Saya Nezar Rayyan, apa bisa saya naik mobil ini?"
"Silakan syeikh, demi Allah tidak apa-apa", jawab sopir.
Hamzah, paman saya bercerita:
"selama perjalanan, ia (sopir) gemetar karena takut, tapi ia tidak merasa rendah diri dengan membawa syeikh yang dicintainya."
----------
Ayah saya selalu melewati jalan-jalan dengan terang-terangan,
orang-orang pun sering melihatnya, maka hati-hati mereka menjadi kuat
dan mendo'akan beliau.
Beliau sering masuk ke toko-toko seraya
berterima kasih kasih kepada mereka karena mau membuka tokonya untuk
memenuhi kebutuhan orang-orang, ayah berkata kepada mereka :
"Barang siapa yang membuka tokonya untuk memenuhi keperluan orang-orang,
maka ia turut serta dalam membantu perlengkapan mujahidin di
perbatasan, kalian semua adalah mujahidin."
Ia melanjutkan,
"Saya sangat menginginkan agar para fotografer keluar untuk mengambil
gambar, ia akan memperlihatkan gambar-gambar jalanan yang penuh dan
gang-gang yang ramai, kami hanya ingin mengatakan kepada mereka:
"Lihatlah, tidak ada perbedaan sama sekali" (saat perang maupun tidak,
penerj.).
------------
Suatu hari ayah pernah berkata kepada Muhammad Nezar, anaknya:
"Anakku Muhammad, ambillah 3.000 dinar ini, tukarkan dengan pecahan
seratus shekel, sungguh bisnis orang-orang terhenti karena peperangan
ini, dan mungkin sebagian mereka tidak menemukan apa yang dapat dimakan,
maka kita akan memberikan setiap orang yang kita temui seratus shekel
agar ia bisa berusaha dengan uang itu."
Saat Muhammad kembali, tiba-tiba ada seorang laki-laki menemui ayah saya dan berkata:
"Wahai syeikh, istri saya melahirkan dan ia perlu dijahit, saya butuh uang 300 shekel."
Ayah pun memberinya 300 shekel.
Muhammad pun berkata kepada ayah, sedang ia tahu siapa laki-laki yang tadi datang:
"Wahai ayah, orang tadi adalah tukang bohong, setiap pekan ia bilang istrinya melahirkan."
Ayah menjawab:
"Keadaanlah yang telah memaksa orang tadi berbuat seperti itu,
dengarkanlah wahai anankku, aku mencari kebaikan dari Allah dengan
memberinya, sedang engkau mencari keburukan dengan ghibah dan meremehkan
sedekah."
----------
Terjemahan oleh : Fairuz Ahmad dari akun Baraa Nezar Rayyan.
Bintara, 2 Syawal 1434 H./ 9 Agustus 2013 M.