Kamis, 12 Desember 2013

Bedah Buku MUI [2]

Alhamdulillah bedah buku MUI tentang penyimpangan agama Syi'ah di negeri Tambun berjalan lancar atas izin Allah. Sebagaimana pada bedah buku yang pertama, maka suasana jama'ah pun hampir sama, belum banyak yang tahu tentang agama yang satu ini.

Ada seorang ibu-ibu yang dahulu pernah kuliah di kota Bandung bercerita bahwa ia baru tahu kalau IJABI itu Syi'ah. Dahulu saat kuliah, beberapa dosennya sangat bangga mengatakan bahwa mereka adalah pengurus IJABI. Dan pada saat itu tak satupun yang menegaskan dirinya Syi'ah. Dan begitulah memang sikap orang-orang Syi'ah yang dalam ajarannya mewajibkan dusta alias taqiyyah.


Lalu ada yang bertanya tentang ketegasan sikap MUI untuk menekan pemerintah agar memberikan status yang jelas terhadap Syi'ah. Sayangnya pertanyaan tersebut memang agak rumit untuk saya jelaskan karena saya sendiri bukan orang MUI, tapi orang Bintara. Asli dari kota Gresik di negeri Jawa.

Kebanyakan pertanyaan jama'ah adalah seputar ciri-ciri orang Syi'ah seperti apa? Dalam hati saya berkata, "mbok ya jangan nanya tentang kaum siluman kenapa ya...?" ya, saya katakan kaum siluman karena mereka punya ajian taqiyyah yang dapat mengelabui siapa saja terutama yang dianggap musuh-musuhnya. Bagi yang pernah nonton serial film "Manimal" di tahun 80-an pasti tak akan asing dengan kemampuan sakti tersebut.

Dan mungkin saking geregetannya hingga akhirnya ada seorang ibu-ibu yang mengusulkan sesuatu yang sesuatu banget. Ia mau mengajak ibu-ibu majlis ta'limnya di sekitar tempat ia tinggal untuk mengumpulkan tanda tangan masing-masing lalu dikirimkan ke presiden. Oalah bu..bu..usulannya kok ya mantab sekali. Sayang bu sekarang si dia lagi sibuk mau bikin hp anti sadap. Jadi kayaknya tidak ada waktu untuk ngurusin syia. Orang syibe dan syice aja ngga diurusin…

Tak lupa saya sampaikan terima kasih saya sepanjang-panjangnya kepada panitia, kru dan juga figuran Yayasan La Tahzan Tambun yang memfasilitasi acara bedah buku dan pemberian buku MUI kepada masyarakat sekitar. Semoga Allah mencatat amal kebaikan mereka sebagai amal shaleh dan juga jihad melawan gerakan perusak agama.

Terakhir saya juga berterima kasih yang sesedap-sedapnya atas hadiah dari panitia berupa sekotak persegi panjang berisi kopi yang mengandung doping bernama tongkat ali. Bagi kawan-kawan yang mau silakan minum bersama di rumah saya di negeri Bintara yang kalau mendung mirip sekali dengan Alaska. (Alas, dalam bahasa Jawa artinya hutan, sedang ka singkatan dari kamboja…hehe).

Fairuz Ahmad.

Bintara, 21 Muharram 1435 H./25 Nopember 2013 M.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar