Tiba-tiba jalanan dialihkan.
Pengecoran jalan baru selesai dilakukan pada malam hari. Akhirnya semua
pengguna jalan harus rela dialihkan dan melewati jalan-jalan kampung. Pelan dan
harus hati-hati karena sempit. Lebih tepatnya disebut gang senggol. Dan
karenanya pagi itu seorang anak datang terlambat ke sekolah. Beruntung satpam
penjaga gerbang masih belum mengunci gerbangnya. Dari jauh satpam sekolah itu
sudah melihat kedatangan sang anak hingga akhirnya ia tidak mengunci pintu
dulu. Menanti sang anak sampai. Namun sesaat setelah sang anak sudah semakin
dekat dengan gerbang, satpam itu berbalik badan seakan tidak tahu ada anak yang
baru datang, padahal tadi ia melihatnya. Satpam itu berdiri di antara pintu
yang sudah ditutup seukuran badannya. Ia masih pura-pura tidak tahu ada anak di
belakangnya. Ternyata ia menunggu sang anak tersebut berbuat baik kepadanya. Ia
berkata,
"Permisi dulu dong dek kalau mau masuk..!"
Kisah Petugas Parkir Kantor
Pos.
Seorang lelaki baru keluar
dari Kantor Pos. Ia langsung menuju tempat parkir motornya. Ternyata ia
tidak menemukan kunci motar di sakunya. Ia merogoh semua sakunya namun hasilnya
nihil. Selanjutnya ia melihat orang-orang di sekitar tempat parkir. Di antara
mereka ada seorang satpam yang juga melihat penuh selidik ke arahnya. Seakan ia
tahu masalah yang dihadapi orang tersebut. Ia masih diam di tempat. Menunggu.
Sepertinya ia sudah tahu bahwa orang yang bermasalah itu sedang bingung
mencari-cari sesuatu. Kunci motornya yang tidak ada. Ternyata ia menunggu orang
tersebut menghampirinya dan menanyakan sesuatu yang hilang kepadanya. Dan
setelah orang tersebut mendatanginya dan bertanya tentang kunci motor barulah
ia berkata, "Iya tadi saya menemukan kunci motor bapak masih menempel
di motor, untung saya temukan, coba kalau ada yang berniat jahat bisa hilang
motor bapak."
Kisah Satpam Rumah Sakit.
Masih tentang kunci motor. Kali ini seseorang tidak menemukan kunci
motor di sakunya saat ia sudah berada di parkiran motor. Ia lupa ternyata kunci
motornya ia tinggalkan menempel di motor. Kunci itupun akhirnya diselamtkan
oleh petugas parkir dan membawanya ke pos satpam. Orang tersebut akhirnya
mendatangi pos satpam dan mencoba bertanya pada petugas. Benar kunci itu ada. Sebelum
petugas tersebut memberikan kuncinya ia menanyakan STNK dan bukti parkir. Orang
itupun mengeluarkannya. Setelahnya petugas itu tak langsung memberikan kunci.
Ia kemudian mengeluarkan buku besar lalu menulis data yang tertera dalam STNK,
mulai nama pemilik, nomor motor dan lain sebagainya. Ia seakan-akan bekerja dan mengerjakan sesuatu
yang sangat penting. Baru setelahnya ia mengembalikan kunci. Pemilik
motor pun akhirnya dibuat tidak enak pulang lenggang tanpa "basa-basi".
Selayaknya kita berhenti sejenak untuk merenungi salah satu I'jaaz
Alqur'an (bukti mukjizat Alqur'an) dalam surat
Al Israa ayat 7 yang artinya:
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri…"
Bahwa ungkapan berbuat baik dengan kata "ahsana" tersebut Allah
Subhanahu wa Ta'ala menggunakan kata kerja yang memiliki kaitan waktu lampau
yaitu fi'l madhi. Dan salah satu fungsi fi'l madhi adalah menegaskan tentang "tahaqququ
wuqu'il fi'l" yaitu terwujudnya sebuah perbuatan. Maka makna yang
sebenarnya dalam ayat di atas adalah, "jika kamu telah berbuat
baik….".
Sungguh sebuah pelajaran penting tentang sebuah pendidikan akhlak yang
mulia. Bahwa kebaikan yang kita dapatkan dari orang lain bergantung pada kebaikan
yang telah kita berikan dulu pada orang lain. Dengan kata lain, berbuat baiklah
dulu kepada orang lain agar mendapatkan balasan kebaikannya.
Akhirnya, penantian akan kebaikan yang diberikan oleh orang lain sebelum
kita berbuat baik adalah pekerjaan yang memang secara akal tidak mungkin.
bukankah saat kita ingin mendapatkan laba maka harus berbisnis dulu? Di samping itu penantian akan kebaikan
orang lain kepada kita adalah bukti nyata bahwa kita termasuk orang-orang
bakhil alias pelit. Dan sejatinya kita mungkin sudah masuk pada kategori
"syahih", yaitu pelit bukan hanya kepada orang lain, tapi juga pelit
terhadap diri kita sendiri. Kenapa begitu? Sebab dengan menanti kebaikan orang
lain kepada kita itu sama saja dengan menghalangi datangnya kebaikan itu
sendiri. Karena kebaikan orang lain itu tidak akan datang kecuali kalau kita
sudah mendahuluinya berbuat baik kepadanya.
Maka bila kita mau, katakan
saja pada anak yang hampir terlambat itu, "Ayo sayang silakan
masuk...."
Atau bila kita mau, datangi
saja orang yang kelihatan bingung mencari kunci motor dan katakan, "Ada
yang bisa saya bantu pak..?"
Dan juga bila mau, katakan
saja pada orang yang bertanya tentang kunci motor, "Silakan pak ini
kuncinya..."
Namun semua itu sekali lagi
bila kita mau. Ya, bila kita mau. Wallahu A'lam.
Fairuz Ahmad.
Bintara di tengah siang, 10 Muharram 1435 H./14 Nopember 2013 M.