Saat terjadi revolusi, kita mengajak kepada semua elemen
yang ada untuk duduk bersama dalam rangka membuat rancangan untuk mengatur
negara. Apakah kita mengembalikannya pada Syari'ah Islamiyah?
Mereka bilang tidak, tidak untuk syari'ah!!!
Lalu bagaimana kita memutuskan perkaranya?
Mereka bilang demi Allah….dengan demokrasi!!!
Dan demokrasi berarti pendapat rakyat. Apa yang diputuskan
oleh rakyat melalui pendapatnya. Tapi karena kami mengetahui bahwa rakyat kami
adalah muslim maka kami katakan silakan. Mari kita putuskan melalui kotak suara.
Lalu tibalah kotak suara itu yang mana hasilnya adalah
mirip dengan apa yang kami pastikan, dan memang sesuai dengan apa yang kami
pastikan. Karena rakyat kita adalah rakyat muslim. Yang jelas hasil ini
(kemenangan Islamiyyin) tidak membuat mereka rela.
Maka setelahnya, kalian mulai dengar slogan-slogan mereka. Bahwa
legitimasi menurut kami adanya di lapangan Tahrir. Bukan di MPR ataupun DPR
atau Majelis-majelis lainnya (yang dihasilkan dari pemungutan suara terbanyak,
penerj.), namun di sini di lapangan Tahrir.
Anda bisa bayangkan bagaimana mungkin hal tersebut bisa
berjalan baik. (mereka bilang) Kotak suara dan suara mayoritas bukanlah
segala-galanya.
Kalian harus memahami ini bahwa demokrasi telah membuat
lelah kalian semua. Sampai kalian lihat sendiri ketika Senator Amerika John Mc
Cain datang ke Mesir baru-baru ini menyatakan dengan tegas bahwa kotak suara
dan suara mayoritas bukan segala-galanya. Dia berdusta dengan omongannya itu,
dan saya tahu ia berdusta. Padahal di Amerika kenyataannya seperti itu (yang
menentukan adalah suara terbanyak, penerj.).
Oleh karena itu kita cari kesepakatan, dan kesepakatan
adalah mengembalikan urusan kepada referensi utama saat kita berselisih.
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisa : 59)
Akan tetapi mereka semua menolak, dan ini adalah tanda
kemunafikan. Kalian harus camkan bahwa tanda kemunafikan adalah:
"Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah
kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum
Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (An-Nisa : 61)
Allah mengatakan dengan kata "yashuddu", yaitu
menghalangi, menolak, berteriak dan memusuhi. Ini adalah salah satu tanda
kemunafikan. Kalian harus menjauhi tanda ini. Sebagaimana yang Allah katakan
dalam surat
An-Nur:
"Dan mereka berkata: "Kami telah beriman
kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian
dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang
yang beriman." (An-Nur : 47)
Oleh karena itu Allah juga mengatakan:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada
apa yang diturunkan sebelum kamu ?" (An-Nisa : 60)
Apa bukti bahwa keimanan mereka hanya sekedar mengaku-ngaku?
Buktinya adalah :
"Mereka hendak berhakim kepada thaghut."
(An-Nisa : 60)
Maka siapa saja yang menghukum dan berhukum dengan selain
syari'at Allah, maka ia telah menjadikan thaghut sebagai hakim dan ia berhukum
kepadanya.
Kita berbicara tentang ilmu dan ini adalah pembahasan para
ahlul ilmi, bahwa siapa saja yang menghukum dan berhukum dengan selain syari'at
Allah, maka ia telah menjadikan thaghut sebagai hakim dan ia berhukum
kepadanya.
"Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal
mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (An-Nisa :
60)
"Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah
kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum
Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (An-Nisa : 61)
"Maka bagaimanakah halnya apabila mereka
(orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah ?" (An-Nisa : 62)
Hendaknya kalian meyakini bahwa mereka semua akan
mendapatkan musibah dan hukuman dari Allah Azza wa Jalla. Musibah dan hukuman
atas mereka, juga atas orang-orang yang mendukung mereka dan yang membenarkan
kebohongan mereka padahal ia tahu bahwa mereka adalah musuh bagi syari'ah.
"Dan mereka berkata: "Kami telah beriman
kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian
dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang
yang beriman." (An-Nur : 47)
"Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah [Maksudnya:
Dipanggil untuk bertahkim kepada Kitabullah] dan rasul-Nya, agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak
untuk datang."
"Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan)
mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. "
"Apakah
(ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau
(karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan
rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang
yang zalim. "(An-Nur : 48-50)
bersambung...