Minggu, 08 Desember 2013

KOBOKAN JERUK NIPIS



Aduh perih..!!
Spontan seorang lelaki berteriak kecil saat ia mencuci tangannya di kobokan air yang diberi potongan jeruk nipis selepas makan siang dengan menu yang lengkap. Ada ikan asin, gurame bakar, lalapan daun kemangi, terong bulat, timun, daun selada, sambal terasi serta nasi timbel khas negeri Pasundan.
Ia pun akhirnya meringis dan sejenak lupa akan nikmatnya santapan siang yang baru saja ia rasakan. Hilang tergantikan dengan rasa perih yang ada di jari telunjuknya. Ia mengamati jarinya sebentar dan kemudian mendapati bahwa ada sedikit luka akibat tergores benda tajam.

Kobokan air jeruk nipis memiliki fungsi untuk membersihkan kotoran dan bau yang tidak sedap. Hanya itulah fungsinya. Sangat sederhana. Semua kotoran dan bau tak sedap di tangan akan hilang bila ia dicuci dengannya. Namun akan sangat terasa menjengkelkan saat yang kita cuci adalah tangan kita yang sedang bermasalah karena ada luka. Mungkin juga ada di antara kita yang akhirnya tidak mau mencuci tangannya karena takut perih. Namun resikonya, kotor dan bau tetaplah menempel di tangan kita.
Dan sejatinya, begitulah keadaan diri kita. Sama seperti sebuah jari. Bila ia sehat maka dengan senang hati selalu membersihkan dirinya dari kotor dan bau tak sedap. Bahkan setiap saat ia pasti menuntut kebersihan dirinya. Sebaliknya bila ia tidak sehat karena ada luka, maka ia enggan mencelupkan dirinya ke dalam kobokan air jeruk nipis, meski ia tahu bahwa ia akan bersih dengan cara itu.
Diri kita pun sama, saat sehat ia dengan senang hati menerima nasehat. Sebab nasehat adalah pintu kebaikan dan kebersihan diri. Karena itulah ia banyak memberi manfaat bagi kita. Bukankah seperti itu yang Allah katakan dalam Al-Qur'an :
"Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu memberi manfaat bagi orang-orang beriman" [Adz-Dzariyaat : 55]
Lihatlah beberapa sisi hikmah dari ungkapan dan lafal yang dipakai oleh Allah dalam ayat tersebut.
Saat Allah memulainya dengan kata "wa" yang artinya "dan" maka itu adalah bentuk kehalusan bahasa Allah saat berbicara dengan hamba-hamba-NYA yang beriman. Allah tidak sekonyong-konyong mengatakan, "Berilah peringatan". Namun Ia perhalus iramanya dengan kata "dan". Maka hikmah yang pertama adalah nasehat haruslah disampakan dengan cara yang halus. Sebab sudah selayaknya orang mukmin mendapatkan perlakuan yang halus.
Sedang hikmah yang kedua adalah ungkapan Allah "tanfa'u" yang dalam bahasa Arab adalah bentuk kata kerja yang memiliki keterkaitan waktu sekarang dan akan datang. Di sinilah letak kedalamannya, bahwa peringatan itu sudah selayaknya disampaikan kapan pun, sebab ia senantiasa memberikan manfaat kebaikan bagi orang beriman.
Dan hikmah yang terakhir adalah ungkapan Allah "Al-Mukminin" yang artinya "Orang-orang beriman", sebab hanya orang yang berimanlah yang mampu menerima nasehat. Ia tidak sombong sebab kesombongan tempatnya di Neraka meski ia hanya sekecil biji atom.
Namun suatu saat diri kita bisa saja menolak nasehat yang baik sebagaimana jari, sebab ada luka di hati kita. Luka itulah yang kadang membuat kita perih. Perih karena rasa malu, perih karena kita orang besar, perih karena kita punya ilmu, perih karena kita punya jabatan, perih karena kita orang kaya.
Akhirnya perih-perih itulah yang kadang membuat kita mempertahankan diri untuk tidak menerima obat. Sedang kita tahu bahwa luka tak boleh dibiarkan, karena boleh jadi ia akan berubah menjadi musibah yang tak cukup waktu dan usia kita untuk menyembuhkannya. Dan sebab itu jugalah, suatu saat kita hanya mengingat perih karena sudah terlalu lama menikmati sedapnya santapan menu nasi timbel lengkap dengan ikan asin dan sambal terasinya.
Jadi, jangan salahkan kobokan yang berisi air jeruk nipis, namun ketahuilah bahwa sejatinya ada luka di jari kita. Wallahu A'lam

Fairuz Ahmad.
Bintara, 3 Rajab 1434 H./ 13 Mei 2013 M.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar