Namanya pengadilan yang
menerapkan hukum buatan manusia selamanya tidak akan adil. Kepada siapa pun ia
diterapkan juga tidak akan adil. Dan siapa pun yang meyakini bahwa ia lebih
baik dari hukum Allah adalah kafir.
Maka dari itu hanya orang
jahil saja yang masih berharap keadilan dari hukum yang dibuat manusia dhaluum
dan jahuul.
Dari pada memaki, mencela dan
mencibir apa saja dan siapa saja, maka jalan yang paling baik adalah mencipta
generasi penerus bangsa yang baik agar kelak mampu merubah negeri ke arah yang
diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Musibah apa pun maka kita
harus meyakininya sebagai bagian dari cinta Allah kepada kita agar menjadi
lebih baik,
"Idzaa ahabballahu qauman ibtalaahum"
Bila Allah telah mencintai suatu qaum atau
seseorang maka Dia pasti mengujinya. Begitulah Rasululllah shallallahu alaihi
wasallam mengajarkannya kepada kita.
Bukankah banyak contoh dari para ulama kita saat
penjara menjadikan mereka manusia-manusia dengan karya yang melintas masa? Ibnu
Taimiyyah dengan karya fenomenal Majmu' Fataawanya, Sayyid Quthb dengan tafsir
Dhilalnya dan Buya Hamka dengan tafsir Al Azharnya?
Sungguh saat Allah ingin
menaikkan derajat seseorang di sisi-NYA maka akan ada cara tersendiri dari-NYA
buat orang-orang yang dicintai-NYA.
Dan sungguh rasa kesedihan
dan kegalauan saat tertimpa musibah adalah bukan cara dan sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang diajarkan kepada kita. Bukankah beliau
mengabarkan kepada kita bahwa setiap urusan orang beriman adalah menakjubkan,
baik di kala senangnya maupun susahnya? Lantas atas dasar apa kita bersedih
bila nyatanya musibah tersebut adalah kebaikan bagi kita?
Sekali lagi, yang penting
bagi kita sekarang adalah menyiapkan generasi penerus bangsa, agar kelak menjadikan
negeri ini berada dalam naungan rahmat Allah hingga dibukakan baginya
pintu-pintu keberkahan dari langit. Dan itu terwujud bila Allah sudah melihat
bahwa hukum-hukum-NYA telah ditegakkan di negeri ini, dan bukan hukum buatan
makhluk-NYA yang Dia ciptakan dengan sifat dhaluum dan jahuul.
"Selama para pemimpin
mereka TIDAK MAU BERHUKUM DENGAN KITAB Allah DAN SELAMA MEREKA TIDAK MENCARI
KEBAIKAN DALAM APA YANG DITURUNKAN Allah niscaya Allah akan membuat mereka
saling menyakiti satu sama lain." (HR. Ibnu Majah, dianggap shahih
oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, jilid 1 hal. 105, no. 106 karena
mempetimbangkan banyak jalur yg menguatkannya)
Fairuz Ahmad.
Subuh di Alaska 7 Shafar 1435
H./10 Desember 2013 M.