Rabu, 11 Desember 2013

Kalau Memang Sanggup Silakan Coba...!!!

Betapa susah dan repotnya kita bila harus mengamalkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang satu ini. Memang sesanggup apa kita dan semampu apa, bila kemudian kita tidak pernah boleh menyimpan kebencian dalam hati terhadap seorang pun dari kaum muslimin dan tidak pernah boleh mendengki seorang pun atas nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.

Cobalah lihat diri kita sejujur-jujurnya dan perasaan apa yang langsung muncul di hati kita saat terbayang orang-orang yang meski kadang kita akui mereka masih muslim seperti kita namun hanya beda mazhab, atau beda manhaj, atau beda harakah, atau beda pendapat, atau beda fatwa?

Bila yang muncul adalah rasa empet, enneg, alergi, mau muntah, ngomel, gerutu, marah, dengki, pengen membantah setiap saat dan lain-lain, maka ketahuilah bahwa dada kita memang masih sempit.


Jauh sekali diri kita dengan cerita tentang seorang sahabat yang tak pernah sedikit pun terdengar ilmu maupun fatwanya. Dialah orang biasa yang benar-benar biasa.

Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata: "Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: "Akan datang kepada kalian saat ini seorang dari penghuni surga". Tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari kaum Anshor, bekas air wudhunya masih menetes di janggutnya, sambil menenteng kedua sandalnya dengan tangan kirinya. Keesokan harinya Nabi SAW bersabda seperti kemarin. Lalu muncul orang tersebut seperti kemarinnya. Pada hari ketiga Nabi SAW bersabda seperti itu pula, lalu muncul lagi orang tersebut persis seperti keadaannya pada hari sebelumnya.

Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangkit, Abdullah bin Amru radhiyallahu anhu mengikuti orang itu lalu berkata kepadanya, : "Aku dimarahi oleh ayahku, lalu aku bersumpah tidak akan masuk kepadanya selama tiga hari. Jika engkau izinkan, maka aku akan tinggal di rumahmu". Orang itu menjawab: "Ya, boleh". Kemudian Abdullah radhiyallahu anhu bermalam bersamanya selama tiga malam berturut-turut. Anehnya ia tidak melihat orang tersebut shalat malam sedikit pun hingga datang waktu fajar. Hanya saja Abdullah berkata: "Akan tetapi aku tidak pernah mendengar orang itu berbicara kecuali yang baik-baik saja".

Setelah berlalu tiga malam dan hampir saja aku meremehkan amal-amalnya, aku pun berkata: "Wahai hamba Allah, sebenarnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah, akan tetapi aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda tentang engkau selama tiga kali, "Akan muncul kepada kalian sekarang ini salah seorang dari penghuni surga". Lalu engkaulah yang muncul selama tiga kali itu. Olehnya, aku ingin tinggal di rumahmu untuk melihat amalmu agar aku dapat mencontohnya. Sayangnya aku tidak melihat engkau melakukan suatu amal yang besar, maka apa sebenarnya yang membuat Rasulullah bersabda seperti itu?". Ia berkata: "Amalanku seperti apa yang engkau lihat". Ketika aku berpaling darinya, ia memanggilku dan berkata: "Amalku seperti apa yang engkau lihat, hanya saja aku tidak pernah menyimpan dalam hatiku kebencian terhadap seorang pun dari kaum muslimin dan aku tidak pernah mendengki seorang pun atas nikmat yang Allah berikan kepadanya". Maka Abdullah radhiyallahu anhu berkata: "Nah inilah yang menyampaikanmu kepada surga tersebut'. (HR. Imam Ahmad, Nasai; dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin al Albani).

Bila memang hadits ini sangat sulit untuk diamalkan, ya sudahlah tak usah kita pedulikan hadits itu.

Meski kita benci kepada saudara kita yang penting kita tetap shalat malam.

Meski kita mendengki yang penting kita tetap shalat malam.

Meski kita empet, enneg dan mau muntah bila tersebut saudara kita yang beda-beda itu yang penting kita tetap shalat malam.

Meski kita tidak berlapang dada yang penting kita tetap shalat malam.

Meski kita tak mengamalkan hadits itu yang penting kita tetap shalat malam.

Begitulah barangkali keyakinan kita. Semoga kita tidak lupa bahwa jangan-jangan pahala shalat malam yang sudah banyak kita kumpulkan nyatanya kelak Allah limpahkan semuanya kepada saudara-saudara kita yang sewaktu di dunia kita enneg dan alergi saat melihat mukanya dan saat mendengar kata-katanya.

Fairuz Ahmad.

Bintara menjelang merem, 15 Muharram 1435 H./18 Nopember 2013 M.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar