"Lembut
jemarinya telah dijamah lelaki-lelaki"
Sungguh teramat banyak bahasan dan komentar Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam terhadap makhluk yang satu ini. Mulai dari sikap memuliakan mereka sampai dengan
anjuran menyambung tali silaturahim dengan kerabat dan teman-teman mereka semasa
hidupnya. Semuanya terkait dengan makhluk bernama wanita.
Dan di situlah sebenarnya
inti ajaran Islam yang berhubungan dengan wanita. Sejatinya, memuliakan wanita adalah agar ia
menjadi mulia.
Bila ia telah menjadi makhluk mulia, maka apa jadinya bila akhirnya
ia bertemu dengan makhluk mulia lainnya bernama jejaka. Pasti pertemuan yang
sangat indah dan penuh pesona. Sebab pertemuan keduanya pastilah berlandaskan
cinta. Cinta dua makhluk mulia.
Dasar cinta inilah yang telah disinggung oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam salah satu potongan hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Ma'qal bin Yasar radhiyallahu anhu sesungguhnya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam berwasiat tentang wanita sebagai berikut:
"Nikahilah olehmu wanita yang mencintaimu dan
yang dapat berketurunan banyak."[Al Hakim dalam Al Mustadrak no.1112.]
Ada dua hal utama dalam hadits tersebut yang menjadi
ukuran wanita yang layak dinikahi, yaitu wanita pencinta dan dapat
berketurunan. Dan perlu kita ketahui bahwa hadits di atas adalah jawaban Nabi
shallallahu alaihi wasallam kepada seorang lelaki yang datang kepada beliau
mengabarkan bahwa ia telah membidik seorang wanita untuk dinikahi. Wanita
tersebut memiliki garis keturunan mulia, kaya dan punya status sosial di
kaumnya. Namun satu hal yang menjadi kekurangannya, ia tidak dapat berketurunan.
Lalu beliau melarangnya. Sampai ketiga kalinya lelaki itu datang kepada beliau
lalu beliau menjawab dengan wasiat di atas.
Namun bukan aspek kemampuan wanita berketurunan
yang akan terpapar dalam tulisan ini. Lebih tepatnya yang akan di bahas adalah
aspek yang satunya, yaitu wanita pencinta. Ia menjadi problem paling utama.
Sebab kadangkala seorang jejaka menjadi galau dan gamang bilamana memikirkan sesuatu
yang satu itu. Wanita pencinta. Bagaimana cara mendeteksinya? Jangan-jangan untuk
mendapatkannya tak cukup hanya dengan berdo'a. Kalaupun ada kesempatan untuk
mandiri, alias maju dan mencari sendiri, apa juga jaminan akan mendapatkan
wanita sang pencinta. Toh kadang yang recommended pun tak terlalu menjamin.
Lalu? Ya, gampang saja urusannya. Tawakkal titik....!!!
Sebenarnya dalam tulisan ini pun tak akan
ditemukan jawabannya. Mana mungkin menjawabnya sedang Rasulullah saja hanya
mengatakan "Al Waduud", tanpa merincikan ciri, tanda maupun bentuk
makhluk tersebut. Namun jangan karena tak ada rincian lalu kita putus asa. Dan
jangan pula karena pasrah lalu kita tak mendapatkan wanita sang pencinta.
Jadi bagaimana?
Agar tak ada dusta di antara kita, juga tak ada
kata putus asa di hati kita, maka simaklah kata-kata seorang penyair bernama
Abu Tammaam, ia berkata :
Pindahkanlah hatimu sesuka yang kau kehendaki
Sungguh, tiadalah rasa cinta kecuali teruntuk
kekasih yang pertama kali
Alangkah banyak rumah di bumi ini yang pernah didiami
Namun selamanya, rindu tetaplah pada rumah yang
pertama ditempati
Jadi pernahkah terpikir oleh kita, bahwa ternyata
pertemuan dua makhluk mulia itu lebih terasa dan bernyawa saat mereka belum
pernah saling menjamah sebelumnya? Itulah yang dinamakan cinta pertama. Cinta
yang belum pernah ternoda. Belum ada nista dan bencana. Oleh karena itu, cinta
dua makhluk mulia itu serasa lebih membara saat mereka belum pernah saling
menjamah sebelumnya.
Inilah sebenarnya pelajaran berharga agar dua
makhluk mulia itu saling menjaga. Agar kelak saat mereka bertemu dalam
pernikahan, keduanya menjelma menjadi makhluk paling bahagia, sedang selainnya
hanyalah numpang saja.
Tak usahlah kita berdusta, bahwa seorang suami atau
seorang istri yang baru bertemu seperti apa rasanya. Rasa pertama kali
memegang-megang, meraba-raba, mengelus-elus, mengusap-usap, membelai-belai.
Semuanya penuh ketegangan. Tegang jiwa juga tegang raganya. Tak usahlah kita menipu diri. Bahwa saat-saat
itulah yang paling nikmatnya. Saat-saat baru tahu segalanya. Saat-saat baru
merasakan sensasinya. Saat malu-malu yang tiada duanya. Itulah nikmat yang
dirahasiakan oleh Allah kecuali untuk dua makhluknya yang mulia.
Namun, sungguh tak juga jauh dari kita, hiduplah
sekelompok makhluk yang sama jenisnya dengan makhluk mulia di atas. Sama-sama
wanitanya, namun berbeda pada rasanya. Hampir-hampir tanpa rasa. Bahkan ada
yang sudah tak berasa sama sekali. Ya, sudah tak ada sensasi saat ia disentuh,
tak juga saat dibelai, diusap, dielus dan diraba. Sebab ia adalah memang
makhluk yang sudah berbeda. Ia telah dinyatakan oleh Ulama dengan ungkapan :
"Imroatun la taruddu yada lamis"
Yaitu wanita yang tak menolak tangan penjamah. Semua
peraba dapat merabanya. Semua pembelai dapat membelainya. Semua penyentuh dapat
menyentuhnya. Dan semua pengusap dapat mengusapnya. Ia telah diobral dan
mengobral dirinya. Hingga setiap jengkal dari tubuhnya telah dirasa. Ia pun
menjadi makhluk multi taking. Sebab setiap lelaki mampu men"take"nya.
Lalu?
Mana mungkin saat tukang jamah dan yang
dijamah-jamahnya itu menemukan sensasi nikmat yang Allah berikan sebagaimana
yang dirasa oleh dua makhluk mulia sebelumnya?
Maka bersyukurlah bila anda telah mendapatkan
istri seorang wanita pencinta. Bukankah anda sudah bisa mencirikannya? Ya,
dialah wanita anda yang anda cintai pertama kali. Bukan yang sudah anda
jamah-jamah sebelumnya. Atau telah terjamah oleh para penipu cinta sebelum
anda. Selamat buat anda..!!!
------------------
Fairuz Ahmad.
Bintara, habis ashar 22 Syawal 1434 H./ 29 Agustus 2013 M.