Telah sampai kepadaku dalam waktu yang berbeda-beda,
perihal banyak sekali pengaduan dari para orang tua, bapak-bapak dan ibu-ibu.
Mereka mengadukan kepada saya bahwa anak-anak mereka berperilaku buruk kepada
mereka. Di antara mereka ada yang memukul ibunya atau ayahnya. Mereka
menyontohnya dari film-film asing.
Para orang tua mereka
bertanya padaku apakah perilaku anak-anaknya itu termasuk bagian dari ajaran
agama? Lalu saya balik bertanya apakah kalian semua sudah mendidik mereka
dengan agama, sehingga kalian menuntut mereka agar mengikuti ajaran agama?
Mereka adalah sawah ladang kalian, apa yang yang kalian
tanam maka itulah tanaman kalian.
"Man zaro'a hashoda, wa man jadda wajada. Fa man
zaro'a urzan fa laa yumkin an yajniya qomhan"
"Barang siapa menanam ia akan menuai, dan barangsiapa
bersungguh-sungguh ia akan dapat. Maka siapa yang menanam padi pasti tidak
mungkin ia menuai gandum." Ia akan menuai padi.
Ternyata ini salah satu tanda kemunafikan. Tanda
kemunafikannya adalah bahwa mereka semua (yang menolak syari'at) merupakan
musuh bagi orang-orang Islam. Mereka mendukung dan memberikan loyalitasnya
kepada pengikut kekafiran dan kesesatan. Allah Ta'ala berfirman:
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa
mereka akan mendapat siksaan yang pedih." (An-Nisa : 138)
"(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang
kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min.
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya
semua kekuatan kepunyaan Allah. "(An-Nisa : 139)
Bila kalian mencari kekuatan dari orang-orang kafir, maka
kalian orang munafik.
Hendaknya kita memperhatikan firman Allah Azaa wa Jalla di surat Ali Imran:
"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu." (Ali Imran : 26)
"Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (Ali Imran : 27)
Lihatlah, apakah ungkapan "Katakanlah" ini hanya
berlaku atas lisan saja, ataukah ia berlaku atas hati dan keyakinan? Bila anda
benar-benar mengungkapkannya dengan hati, maka segera persiapkan diri anda
untuk menghadapi ujian.
Dan ayat berikutnya langsung Allah sambung dengan:
"Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang
kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali
(mu)." (Ali Imran : 28)
Imam para ahli tafsir yaitu Imam At-Thabari mengatakan:
Ungkapan "lepaslah ia dari pertolongan Allah"
maksudnya terlepas dari Allah dan Allah berlepas diri darinya. Karena pada saat
itu ia sudah bukan lagi seorang muslim, akan tetapi ia seorang munafik I'tiqodi.
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa
mereka akan mendapat siksaan yang pedih." (An-Nisa : 138)
"(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang
kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min.
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya
semua kekuatan kepunyaan Allah. "(An-Nisa : 139)
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di
dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain."(An-Nisa : 140)
Saya katakan kepada siapa saja yang menyaksikan
saluran-saluran berita pendusta yang memusuhi Islam dan umat Islam ini, sekali
lagi kepada siapa saja yang menyaksikan saluran-saluran berita pendusta ini,
silakan kalian fikirkan ayat ini :
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di
dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain."
Silakan kalian ulang-ulang potongan ayat selanjutnya:
"Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian),
tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua
orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam."(An-Nisa :
140)
Karenanya, ini merupakan salah satu tanda kemunafikan.
Tanda kemunafikan adalah memberikan loyalitas dan dukungan kepada pengikut
kekafiran dan kesesatan. Wal 'iyaadzu billah.
Orang yang mengerjakan perbuatan ini, boleh jadi ia mencari
kekuatan (izzah/kemuliaan), atau mencari kedudukan, atau mencari penghidupan
yang layak di muka bumi, atau ia melakukannya karena takut kepada mereka. Dan
Allah telah memberitahu kita dengan dua hal:
Pertama Allah Azza wa Jalla berfirman di surat An-Nisa:
"Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir
itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah."(An-Nisa : 139)
Kedua Allah Ta'ala juga berfirman di surat Al-Maidah:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa
diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim." (Al-Maidah : 51)
"Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada
penyakit dalam hatinya (yaitu orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka
(Yahudi dan Nasrani),…"(Al-Maidah : 52)
Perhatikanlah, kalimat "Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (yaitu orang-orang munafik)"
kemarin banyak terdengar di masjid-masjid, sekarang mereka menghapusnya demi
kepentingan politik. Kalimat itu dihapus dan dilupakan. Dan politik sekarang
telah menjadi penghapus apa saja, sedangkan pada dasarnya, politik harus
mengikuti hukum syari'at sebagaimana persoalan-persoalan kehidupan lainnya.
Namun, atas nama politik maka semuanya telah dihapus.
Sekarang saudara-saudara kita dari Salafi bergabung dengan
orang-orang liberal yang memusuhi syari'at dan orang-orang yang menegaskan
permusuhannya terhadap syari'at. Berarti kalian bersama mereka dan juga
orang-orang yang sama dengan mereka di Neraka.
Ala
kulli hal, kami telah tegaskan dari awal, bahwa agama Islam bukan milik
Ikhwanul Muslimin saja, juga bukan milik Salafiyyin saja. Agama Islam adalah
agama kita semua. Kita tidak mentolerir apapun bentuk penyimpangan, yang
dilakukan oleh siapa saja. Selamanya kita tidak mentolerir apapun bentuk
penyimpangan.
Hendaknya kita memahami hal ini, karena Allah Azza wa Jalla
berfirman:
"Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada
penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi
dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana".
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau
sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal
terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka." (Al-Maidah : 52).
Di ayat tersebut Allah Azza wa Jalla membongkar aib, bahwa fitnah
telah nampak jelas, sebagaimana apa yang pernah saya sebutkan, bahwa ada orang
yang berada dalam fitnah selama setahun, ada juga yang berada dalam fitnah
selama dua puluh tahun, ada juga yang sampai 1.500 tahun. Dan kalian telah
mengetahui bahwa ada seorang lelaki di Suriah yang umurnya sudah lebih dari 90
tahun sedang ia dalam kesesatan yang nyata, seorang syeikh dari kalangan para
masyayikh yang sesat, ia menegaskan kepada presiden Basyar Asad untuk membunuh
rakyatnya, innaa lillahi wa innaa ilaihi raji'un. Apakah ia tidak memiliki
ilmu? Tidaklah demikian. Bahkan ia
memiliki ilmu, akan tetapi ia tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya maka
jadilah ia seperti anjing. Ini sekedar contoh.
Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada Nabi shallallahu
alaihi wa sallam agar meminta tambahan ilmu. Apakah Allah memerintahkan untuk
meminta tambahan yang lain? Sama sekali tidak!
Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Dan katakanlah, "Wahai Allah tambahkanlah
ilmu bagiku." (Thaha : 114)
Begitu juga dalam Shahih Muslim dari Zaid bin Arqam
radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
"Wahai Allah, aku berlindung kepada-MU dari ilmu
yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu', dan dari nafsu yang
tidak pernah kenyang, dan dari do'a yang tidak diijabah."
Jadi, ilmu itu ada yang memberi manfaat pada pemiliknya dan
juga ada yang tidak memberi manfaat. Apakah Zaid (dalam bahasa Arab, nama Zaid
sering digunakan untuk mengambil contoh, penerj.) tidak memiliki ilmu yang
bermanfaat ? lalu ilmu yang bermanfaat itu berubah menjadi ilmu yang tidak
bermanfaat dengan sendirinya? dengan kata lain, apakah kebenaran itu dapat
berubah menjadi kebatilan? (Syeikh Muhammad Abdul Maqshud mencontohkan
seseorang bernama Zaid yang memiliki ilmu yang bermanfaat, dimana ilmu yang
bermanfaat itu tidak mungkin bisa berubah menjadi ilmu yang tidak bermanfaat
dengan sendirinya, sebagaimana kebenaran tidak mungkin bisa berubah menjadi
kebatilan, jadi pelaku kebatilan boleh jadi ia memiliki ilmu, namun ilmunya
tidak memberi manfaat kepada pemiliknya, penerj.)
Jadi kesimpulannya, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang pemiliknya
dapat mengambil manfaat darinya, sedang ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu
yang pemiliknya tidak dapat mengambil manfaat darinya.
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang
telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),
kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh
syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang
sesat." (Al-A'raaf : 175)
"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). (Al-A'raaf : 176)
bersambung...
bersambung...