Sabtu, 28 Desember 2013

Detik-detik Syahidnya Dr. Nezar Rayyan Dan Keluarganya (2)

Oleh : Baraa Nezar Rayyan.
Terjemahan : Fairuz Ahmad.

Lalu saya berjalan berkeliling, saat itulah saya menemukan ayahanda dengan kepala beliau yang tertimpa bangunan rumah, posisi beliau terbaring di antara reruntuhan rumah!

Saya pun memegang dua tangannya, ternyata belum dingin, lalu saya merasa seakan kedua tangannya merangkul tanganku, menghangatkan jiwaku dan berkata kepadaku!

Adapun saya sendiri hanya bisa berkata:

"Semoga Allah mengampunimu ayah.."

Pada saat demikian, orang-orang berteriak:

"Ayahmu tidak di rumah.."

Tapi saya bersumpah kepada mereka: "Demi Allah ini ayah."

Saya pun lalu mengangkat tangan kanan beliau, ternyata ada Usamah dalam dekapannya!

Oh, Usamah kecil, ternyata rudal tak bisa membedakan keduanya!

Sepertinya ayah melindungi kepala Usamah dengan kedua tangannya dan melindungi kakinya dengan kaki beliau!


Namun tangan beliau yang besarpun tak mampu menahan dua pecahan bom sehingga menembus dahinya, maka keluarlah darah darinya.

Disamping beliau ada jasad Aayah (putri beliau), sangat cantik bagai bulan purnama, belum genap 12 tahun, belum memakai jilbab, saya berkata:

"Allah meredhaimu wahai Aayah saudariku."

Tepat di sebelahnya adalah Ibunda Aayah, jilbabnya telah menutupi wajahnya, demi Allah dengan tanganku sendiri saya buka wajahnya agar saya tahu siapa dia.

Dan wajahnya seakan bercahaya sedang pipinya sangat lembut seperti ia sedang tidur, saya hanya bisa mengatakan:

"Semoga Allah merahmatimu wahai ibunda!"

Dalam dekapannya ada jasad As'ad usia satu tahun, belum disapih dari susu ibunya….bahkan dari darahnya!!

Di bagian teras rumah nampak ada beberapa jasad anak-anak, dan sebenarnya jasad-jasad di tempat ini lebih banyak dari pada yang saya temukan dan yang belum dibawa ke Rumah Sakit, saya pun berkata kepada orang-orang :

"Antarkan saya ke Rumah Sakit."

Ternyata di sana ada beberapa jasad yang belum saya ketahui, saya berdiri di depan kamar mayat, sedang jasad-jasad tak henti-hentinya berdatangan, semuanya adalah jasad orang-orang yang saya cintai!

Dari kejauhan saya melihat orang-orang sedang membawa sesosok jasad, mereka berjalan menuju ke arah saya, yaitu kamar mayat, saya berkata dalam hati:

"Pasti itu jasad ibu saya, demi Allah ternyata benar ia ibu saya, saya masih bertanya-tanya dalam hati, kenapa saya tidak meninggalkan beliau di rumahku saja, bagaimana bisa ia tetap tinggal di rumah ayah?!"

Saat mereka sampai di kamar mayat.. saya berkata:

"Saya ingin tahu siapa itu…?"

Ya Rabbi betul beliau adalah ibu saya..masih mengenakan baju panjangnya, jilbab, baju panjangnya masih melapisi gamisnya, masih memakai celana panjangnya juga!

Saya hanya berkata:

"Semoga Allah merahmati ibu, Allah telah menutupi ibu baik di dunia maupun di akhirat, saat ibu hidup dan ibu mati!"

Setiap kejadian aneh dan mengherankan, dan juga kejadian yang tidak dapat dipercaya yang dilalui dan dirasakan oleh manusia, sepertinya tidak mungkin terjadi sebagaimana yang saya alami saat ini, sampai saya pun berkata dalam hati : "Mungkinkah hal seperti ini terjadi di dunia?"

Saya telah mencari di antara para korban yang masih hidup..dan itu tidak ada..akhirnya saya bertanya kepada orang-orang yang ada di sekitar :

"Saya ingin bertemu Bilal!"

Sepanjang hidup saya, saya telah mengira bahwa saya lebih kuat dan tabah dari Bilal, semoga Allah mengampuni saya !, dan yang pasti, saat musibahlah akan terlihat kemuliaan jiwa seseorang, sungguh saya melihatnya…ia lebih berjiwa besar dari pada saya, dan lebih kuat dari bayangan saya sebelumnya..

Ia memelukku seperti ayah, ia berkata kepada saya sedang air matanya telah membuat ia tercekat:

"Orang laki-laki itu dilihat dari sikapnya, dan semasa hidupnya, sikap ayah adalah sikap seorang lelaki, ia pun meninggal sebagai lelaki!"

Akan tetapi saat dibukakan pintu kamar mayat di depannya, ia pun terpaku dan gemetar kakinya, lalu ia terduduk di depan pintu, tidak kuat lagi berdiri!

Lalu saya melihat Muhammad, di balik badannya yang besar, saya tidak melihatnya saat itu kecuali seperti anak yatim kecil.

Saya kembali merasa demam, ada rasa nyeri di hati, ya, hati yang ada di dalam dada ini, tapi hanya saat itu saja…akhirnya saya tahu arti dari Firman Allah:

"Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa." (Al-Qashash : 10)

Duhai Rabbi…hamba mengerti maksud ayat itu, atau Allahlah yang telah membuat saya mengerti.

Setelah itu orang-orang membawa saya ke rumah kakek, Abu Ziyad rahimahullah, jarak satu meter dari pintu gerbang apartemen di mana keluarga kakek saya tinggal, semua keluarganya telah berkumpul untuk menantikan kabar, saat mereka melihat saya, serempak mereka bertanya:

"Bagaimana kabarnya Baraa?"

Saya hanya menjawab:

"Semua keluarga saya meninggal."

Karena masih belum percaya, mereka bertanya lagi :

"Apa maksudmu..?"

Dan saya kembali menegaskan:

"Semua keluarga saya..semuanya..semuanya!"

Mereka mengulang pertanyaan yang sama untuk yang kedua kalinya :

"Maksudmu….?"

Akhirnya saya jawab:

"Ayahanda meninggal!, ibunda meninggal!, Ghassan meninggal!, Abud meninggal!...siapa lagi yang kalian ketahui..??

Mereka seakan tidak percaya dengan apa yang saya katakan, akhirnya mereka saling berbisik: "Dia sedang mencercau…"

Malam harinya, saya berbicara di stasitun TV Al-Jazeerah..saya berkata kepada orang-orang:

"Kita ini hidup di dunia apa…dan kita dapat berharap menjadi umat apa…sampai darah-darah kami harus ditumpahkan dengan cara seperti ini..?"

Dan jawabannya adalah:

"Kita akan hidup di dunia hak-hak asasi manusia…dan kita berharap menjadi umat yang dikatakan oleh Nabi kita : "Tidak boleh darah seorang muslim pun ditumpahkan!"

Malam itu saya bermalam sedang air mata di wajah ini tak henti-hentinya mengalir, sungguh musibah ini telah mencekik saya, di sebelah saya ada istri dan dua anak saya, untuk pertama kalinya anak saya, Ibrahim melihat ayahnya menangis, tangisan yang mungkin dilihatnya bukan seperti tangisan biasa!"

Ibrahim kecil seperti sedang bingung, dengan tanpa beban ia bertanya:

"Kenapa ayah masih belum tidur?"

Saya pun menjawab dengan polos:

"Semua keluarga ayah meninggal."

Keesokan harinya, istri saya, Walaa, berkata:

"Jangan sampai saat nanti keluargamu dikuburkan sedang aku tidak hadir untuk memberi do'a perpisahan."

Tapi orang-orang berkata:

"Kamu tidak harus mendengarkan apa yang ia katakan, tidak baik ia melihat keluargamu dikubur."

Akan tetapi saya memilih apa yang dikatakan oleh istri saya, saya anggap keputusan telah selesai saya pilih, dan tidak ada langkah mundur!

Maka saya berjanji kepada istri saya, dan saya akan tepati janji saya.

Akhirnya, saya bukakan untuknya pintu kamar mayat, dihadapanya ada 16 jasad manusia yang mana mereka semua adalah orang-orang yang paling dicintainya, paling dekat di hatinya, Ayahanda, ibunda, lima saudara laki-laki dan enam saudara perempuan, semuanya lebih muda darinya, mereka telah meninggalkannya seorang diri padahal sebelumnya ia adalah anak perempuan terbesarnya ! Lalu ada lagi 3 orang bibi, dan mereka adalah ibunda kami juga!

Saya ingat betul saat saya mencoba memberitahu istri saya tentang siapa saja jasad yang dihadapannya, ternyata dia juga mengenali mereka!

Saya berkata kepadanya:

"Walaa, ini ibunda, dan ini Abud…coba kamu lihat As'ad, ia seperti sedang tidur, dan itu Aayah (anak perempuan DR. Nezar), lihatlah ia sudah seperti remaja, saya melihatnya seperti pengantin!

Tidaklah saya mendengar ia mengucapkan kata-kata yang Allah tidak redha, akan tetapi ia hanya berkata:

"Aku tidak akan mengatakan kecuali seperti yang telah ibunda ajarkan kepadaku:

"Alhamdulillah, ya Allah berikanlah kami kesabaran.."

Fairuz Ahmad.
Bintara, 19 Shafar 1434 H./2 Januari 2013 M.
- See more at: http://fairuz-ahmad.blogspot.com/2013/12/detik-detik-syahidnya-dr-nezar-rayyan.html#sthash.NiM27toI.dpuf
Fairuz Ahmad.

Bintara, 20 Shafar 1434 H./ 3 Januari 2013 M.
Fairuz Ahmad.
Bintara, 19 Shafar 1434 H./2 Januari 2013 M.
- See more at: http://fairuz-ahmad.blogspot.com/2013/12/detik-detik-syahidnya-dr-nezar-rayyan.html#sthash.NiM27toI.dpuf
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar