Rabu, 11 Desember 2013

Cerita Tentang Pelurusan

Subuh tadi mengisi kajian bulanan di sebuah Masjid di Bekasi. Sesaat setelah berakhirnya kajian maka spontan seorang pak haji langsung angkat tangan tanda mau menyampaikan sesuatu. Dan ternyata sesuatu banget. Bapak itu selalu yang pertama membuka sesi tanya jawab. Dan memang seperti itu dari dulu. Meski sebenarnya yang disampaikannya adalah ralat dan bukan pertanyaan. Dan saat saya tanya kepada pengurus, apakah beliau seperti itu hanya kepada saya saja? Ternyata tidak. Semua penceramah selalu ada saja yang beliau ralat. Beliau mengatakan sebagai suatu pelurusan terhadap kesalahan penceramah. Kebetulan beliau punya jabatan penasehat di sebuah pondok pesantren. Dan beliau hafidzul qur'an.

Karena dalam pengajian subuh itu saya menyinggung tentang kasus video mesum anak SMP Jakarta yang baru-baru ini santer diberitakan, maka saya sampaikan kepada jama'ah agar lebih berhati-hati dari dosa dan maksiat, sebab dosa besar mulainya adalah dari dosa kecil. Zina tidak akan terjadi tiba-tiba bila tidak didahului dengan kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil seperti pacaran dan lain sebagainya. Maka ralat dan pelurusan beliau adalah, pacaran itu dosa besar sebab Allah melarang zina dengan mengatakan "walaa taqrabuz zinaa", jangan engkau dekati zina. Jadi hal-hal yang mendekati zina itu hukumnya sama dengan zina, yaitu haram dan dosa besar.

Adapun ralat dan pelurusan yang kedua adalah hukum tilawah Alquran. Karena sebelumnya saya sampaikan bahwa tilawah Alquran adalah sunnah, maka beliau menyatakan bahwa tilawah Alquran itu hukumnya wajib. Selanjutnya beliau mengutip ayat Alquran pada surat Al Ankabuut ayat 45 yang artinya:

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat."

Bahwa dalam ayat tersebut Allah menggandeng perintah membaca Alqur'an dengan perintah mendirikan shalat, oleh karena itulah tilawah dan shalat itu hukumnya sama yaitu wajib.

Walhasil, akhirnya saya iyakan saja sebab kelihatannya yang lebih baik adalah mengiyakan saja, setidaknya itu menurut saya. Meskipun sebenarnya saya ingin menjelaskan bahwa untuk kasus yang pertama yang berkaitan dengan sesuatu yang dilarang oleh Allah maka sudah pasti haram. Namun tidak semua yang diharamkan oleh Allah selalu berstatus dosa besar, apalagi pacaran yang memang ragam model kemaksiatannya sangat variatif. Dari yang sekedar pandangan mata, janjian bertemu, khalwat, jamah-menjamah sampai ciuman dan yang lebih berat dari itu yang selain zina, maka tidak mungkin dihukumi dosa besar seperti zina. Apalagi dalam beberapa pendapat Abdullah bin Mas'ud, Abu Hurairah, Masruq, As Sya'bi dan satu riwayat Thawus dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhum, mereka mengatakan bahwa makna "lamam" pada surat An Najm ayat 32 yang artinya:

"(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil."

Adalah dosa-dosa kecil seperti memandang, melirik, mencium, meraba, tidur berduaan dan apa saja yang di bawah perbuatan zina.

Sedang terkait masalah yang kedua tentang hukum tilawah Alquran yang menurut beliau adalah wajib sebagaimana yang tersurat dalam ayat 45 surat Al Ankabuut, maka tidak setiap kata perintah selalu menunjukkan arti wajib. Bila meninggalkan shalat ada ancaman yang sangat berat dan ancaman itu ditegaskan dalam banyak hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam, di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

"Batas yang membedakan antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat, barang siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir."

maka tidak demikian dengan meninggalkan tilawah Alquran. Meski hal itu bukan berarti orang akan sah-sah saja selama hidupnya tidak usah membaca Alquran. Sebab keutamaan tilawah Alquran sebagaimana yang dijelaskan Imam An Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin sangatlah besar. Seperti hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

"Orang yang membaca Alquran sedang ia pandai dalam membacanya, maka kelak akan bersama-sama dengan as safaratil kiramil bararah (yaitu malaikat penyampai risalah), adapun orang yang membaca Alquran sedang ia terbata-bata dan merasa sulit, maka baginya dua pahala."

Demikianlah cerita habis subuh tadi. Ala kulli hal, setiap kejadian mudah-mudahan dapat menjadi bahan catatan dan tulisan ringan. Minimal sebagai hiburan, sambil menanti pelurusan berikutnya di bulan depan. Dan semoga yang diluruskan nanti adalah sesuatu yang memang benar-benar bengkok dan kesalahan.

Fairuz Ahmad.

Bintara, 22 Dzulhijjah 1434 H./27 Oktober 2013 M.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar