Ada
anak kecil (Syeikh menganggap bahwa orang ini belum tahu apa-apa sehingga
beliau menyebutnya anak kecil, penerj.) tampil di televisi, seorang salafi, ia
berkata bahwa Ikhwanul Muslimin ingin menguasai seluruh sendi-sendi negara agar
dapat berkuasa di Mesir selamanya. Amat besar kebencian yang keluar dari
mulutnya. Tidak berbicara kecuali kebohongan. Ia wajib melakukan survei untuk
memastikan hal itu.
Tapi kita tahu bahwa masalah ini (kebencian terhadap
Ikhwanul Muslimin, penerj.) merupakan permusuhan yang sudah lama dicatat
sejarah. Permusuhan ini pada dasarnya adalah karena pihak keamanan negara
mengijinkan orang-orang memberi masukan kepada Ikhwanul Muslimin. Lalu
persoalan berubah menjadi perkara aqidah dan juga kepentingan, tidak sekedar
persoalan agama saja.
Maka setelahnya kita mendapati
Jabhatul Inqadz Al-Wathani (Front Penyelamat Bangsa) yang mempresentasikan
Hamdin Shabbahi, Amr Musa, Elberedai dan Samih 'Asyur, dan sekarang ada yang bergabung
bersama mereka seseorang yang berjenggot, menuntut dengan tuntutan yang sama
dengan mereka.
Kemaslahatan apa yang dicari? ini adalah pengkhianatan dan
bukan kemaslahatan. Ketika anda menuntut pemberhentian Jaksa Agung (Thal'at
Ibrahim) dan memerintahkan Dewan Tinggi Pengadilan memilih penggantinya,
padahal kalian tahu betul kondisi Mesir saat ini. Kalian pun tahu bahwa Jaksa
Agung (Thal'at Ibrahim) yang menunjuknya saat itu adalah Dewan Tinggi
Pengadilan. Kemudian media-media memainkan perannya dengan mengatakan bahwa
presiden melakukan intervensi dalam urusan pemilihan Jaksa Agung dan kewenangan
di pengadilan. Bagaimana mungkin menuntut agar Jaksa Agung yang lama, Abdul
Majid Mahmud supaya kembali menggantikannya.
Bagaimana bisa, demi kepentingan yang mendesak setelah
terjadinya revolusi, kalian sekarang pergi bersama Hizbul Wathan (Partai salafi
baru setelah pecah dari Hizbun Nur, penerj.). dan sekarang kalian menyerukan
agar memberikan semua dukungan kepada Hizbul Wathan. Saya sangat tahu tentang
hal ini, karena kalian ingin semua (kelompok salafi, penerj.) bergabung bersama
kalian (di partai Hizbul Wathan), setelah kalian gagal dalam mengurus partai
(Hizbun Nur). Perpecahan partai telah menimpa kalian karena kediktatoran yang
kalian praktekkan. Ketika partai sudah pecah, sekarang kalian ingin melakukan
perubahan layaknya seorang Samson, kepada saya dan lawan-lawan kalian. Siapakah
yang membolehkan seperti ini ? sungguh ini merupakan kesesatan dan termasuk
perkara-perkara penipuan yang wajib kita waspadai.
Ya Allah, jadikanlah seluruh amal-amal kami sebagai amal
sholeh, dan jadikan ia hanya untuk mengharap Wajah-MU, dan jangan jadikan satupun
darinya untuk seseorang.
Saya ingin mengingatkan kalian, dan Allah Maha Tahu di
balik keinginan saya ini, Allah akan menjadikan saya bisu jika saya berbohong.
Sungguh tidak ada maslahat apapun bagi saya dalam cerita di atas, kecuali
karena saya sekarang berada di ambang pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Umur umatku rata-rata 60 sampai 70 tahun, dan
hanya sedikit yang melebihi itu."
Saya sekarang sudah berumur 65 tahun dengan hitungan tahun
Masehi, dan saya kira ada perbedaan antara hitungan Masehi dan Arabi (Hijriah).
Jadi sekarang saya berada di akhir-akhir usia kebanyakan umat Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam, maka sama sekali tidak ada hubungan antara saya
dengan cerita di atas kecuali hanya keinginan saya menolong agama ini. Yang
menjadi kewajiban bagi seseorang adalah agar memiliki perhatian untuk menolong
agama. Tidak penting bagi dia apakah agama ini di tolong oleh seseorang bernama
Zaid, atau Amr atau siapa saja. Yang terpenting adalah agama ini ditolong dan
dimenangkan. Dan tidak penting bagi dia apakah posisinya sebagai Qiyadah atau orang
yang berada di belakang. Sekali lagi yang terpenting adalah agama ini ditolong.
Dengannya atau tanpanya.
Saya tahu betul dengan keadaan yang sebenarnya, mereka
(kalangan salafi) menginginkan beberapa bagian dari kursi parlemen dari
kalangan Ikhwanul Muslimin. Saat itu pihak Ikhwan sudah mengabulkan permintaan
mereka, namun sekarang mereka (kalangan salafi) menolak dengan alasan bahwa bagian
yang diberikan kepada mereka tidak dapat dipergunakan dengan baik. Ternyata
mereka menunjuk orang-orang yang tidak mengerti politik, ekonomi dan segala macamnya,
tidak semuanya memang namun kebanyakan seperti itu.
Di antara mereka ada yang menemui Imam Masjid (agar dapat
rekomendasi). Dan itu juga terjadi kepada saya, beberapa orang datang meminta hal
itu kepada saya, mereka menunjuk dirinya sebagai calon untuk dipilih. Saya katakan
tidak, karena setiap calon harus memiliki kriterianya masing-masing. Adapun
saya, maka saya katakan sesungguhnya saya tidak tahu apa-apa tentang parlemen
dan lain-lain. Dan sudah berkali-kali saya katakan juga bahwa saya berseberangan
dengan parlemen yang lalu. Karena ia tidak layak untuk melanjutkan perannya
sebab telah melakukan pengkhianatan, yaitu memilih anggota parlemen dari
orang-orang yang memiliki jaringan sosial yang kuat di daerahnya masing-masing
hanya untuk mendapatkan suara mayoritas dan jumlah kursi yang banyak. Dan
setelah itu, cara-cara seperti ini akan marak. (mungkin maksud Syeikh Abdul
Maqshud adalah memilih anggota dewan hanya berdasarkan dukungan sosial yang
kuat sedang ia sebenarnya tidak layak menjadi anggota dewan karena tidak
mengerti urusan, Wallahu A'lam.)
Permusuhan kalian dengan Ikhwanul Muslimin jangan sampai
kalian menjadikannya (penghalang) masa depan Islam di Mesir. Ikhwanul Muslimin
sekarang mendapat musibah. Akan tetapi wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya musuh-musuh
proyek Islam itu ingin memberangus jama'ah Ikhwanul Muslimin. Sedangkan
kalangan salafiyyin dengan karakter khas orang-orangnya, tidak akan mampu melaksanakan
proyek Islam di Mesir, dan musuh akan sangat mudah memukul mereka. Dan ada
laporan dari Amerika, sekarang sudah diterjemahkan dan akan dibagikan kepada
kalian atas ijin Allah Subhanahu wa Ta'ala yang salah satu poinnya adalah
memukul Ikhwanul Muslimin. Sedang dengan Salafiyyin maka urusannya sangatlah
mudah. Yang penting adalah memporak-porandakan dua barisan shaf, antara Ikhwan
dan Salafi.
Maka wajib bagi kita sebagai orang Islam untuk selalu melihat
maslahat dan madharat.
Dan saat kalian berkata bahwa Ikhwanul Muslimin adalah "Rijaalul
Marhalah", sungguh mereka telah melaksanakan hal itu, bahkan sebelum
terjadinya Revolusi. Kita tahu sejak 30 tahun yang lalu, Ikhwanul Muslimin
tidak pernah berkhianat dan menjual (mungkin yang dimaksud tidak pernah menjual
prinsip dan keyakinannya, penerj.) , juga tidak pernah terperosok dalam sikap "Imaalah"
(cenderung untuk mendengarkan bisikan-bisikan musuh, hal ini telah dijelaskan
Syeikh terkait surat Al-An'am ayat 113, penerj.), meskipun ada di antara mereka
yang terperosok ke dalam sikap "imaalah" demi keamanan dirinya. Saya
tidak mengatakan kata-kata ini dengan asal, saya siap membuktikan kebenaran
ucapan saya ini.
Pada saat Revolusi, Ikhwanul Muslimin berada di sana, dan Allah Azza wa
Jalla menggunakan mereka untuk itu. Bahkan sebenarnya saat itu bukanlah
Revolusi, tapi aksi demonstrasi dalam rangka memprotes praktek penindasan
terhadap keadilan. Namun Allah Azza wa Jalla mengubahnya jadi Revolusi.
Sesungguhnya wahai saudara-saudara sekalian, ketika Allah
Azza wa Jalla berfirman:
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah
beriman." (Al-Hajj : 38).
Maka Dia menjelaskan keadaan orang-orang yang beriman,
yaitu orang-orang yang melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Dan
di antara apa yang Allah Azza wa Jalla perintahkan adalah:
"Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya."
(Al-Anfaal : 46)
Lalu menyambungnya dengan:
"dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih),
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfaal : 46)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang." (Al-Anfaal : 60)
bersambung...