Saat cinta telah sampai di dasar hati, ia akan rela memberikan semua pengorbanannya
demi orang yang dicintainya.
Ia berkata:
"Ia meninggalkanku dan
membiarkanku mengusap air mata..
Aku menikah dengan seorang
lelaki yang belum ada tandingannya di dunia ini.
Sama sekali belum pernah ada.
Namun setelah dua bulan
pernikahan ia bicara kepadaku, ia mencintai seseorang.
Dan ia ingin menikahinya.
Ia teramat sangat mencintainya.
Aku pun menundukkan kepalaku
sebentar.
Dan setelahnya aku angkat
kepalaku dan berkata kepadanya: "kamu lebih mencintainya dari pada diriku
?"
Ia menjawab: "ya".
Aku pun berkata:
"sayang, pergilah padanya dan menikahlah dengannya, sungguh kebahagiaanmu
adalah kebahagiaanku juga."
Ia berkata: "tapi aku
tidak punya cukup biaya untuk menikahinya."
Aku pun menjawab:
"ambillah semua perhiasanku. Kamu bisa menjualnya dan menikahinya
sayang."
Ia menolak dan berkata:
"sayang, mungkin kamu akan memerlukannya pada suatu hari, biarkanlah ia
untukmu."
Aku terus memaksanya sampai
ia pun setuju.
Ia mengambil semua
perhiasanku dan menjualnya.
Kemudian ia pergi mencari
kekasih yang ia cintai.
Meninggalkanku sedang aku
baru saja menikah dengannya.
Satu bulan berlalu...dua bulan...tiga bulan.
Satu tahun…dua tahun…tiga
tahun.
Suamiku tercinta tak juga
mengunjungiku.
Ia meneleponku dan berkata
sedang sibuk, tidak dapat mengunjungiku.
Sepanjang hari aku pun
mengusap air mata.
Meratap kesedihan dan
penyesalan.
Apakah kalian mengira aku sedang
marah kepadanya?
Sama sekali tidak.
Ia adalah suamiku tercinta,
apa pun yang ia lakukan.
Bahkan aku memaafkannya.
Sejujurnya aku sangat ingin
berbicara dengannya.
Telingaku sangat rindu
mendengar ucapannya.
Suara lembutnya selalu terngiang
di telingaku.
Kata-katanya menentramkan.
Suaranya lembut.
Kadang satu bulan berlalu dan ia tidak berbicara denganku.
Oh, alangkah jauhnya dirimu sayang.
Betapa jauhnya dirimu, dan
betapa diriku merindumu.
Bagaimana dirimu bisa sabar
dariku sedang diriku sudah tak sabar.
Namun itulah kaum lelaki,
selalu kuat.
Mereka dapat lebih sabar dan
kokoh.
Bila ia berbicara lewat telepon.
Aku merasa dunia sedang di
hadapanku.
Apakah engkau sembunyikan air
matamu sayang ?
Sedang suaramu terasa berat.
Engkau seperti sedang menguatkan dirimu agar aku tidak sedih.
Ini aku sedang bicara denganmu.
Tak kuasa air mataku pun deras mengalir.
Sedang suaraku semakin
menampakkan kesedihan.
Aku berusaha menghilangkan tangisanku
dalam hati.
Dan menyembunyikan kesedihanku di balik dinding-dinding hatiku.
Suaraku terputus-putus di
kerongkongan.
Seluruh hatiku pun pecah oleh
perasaan yang tak menentu.
Aku tampakkan diriku kuat di
depannya agar ia pun tidak bersedih.
(Alangkah jujurnya dua orang yang saling mencintai ini.
Wahai seorang suami, kau telah meninggalkan istrimu untuk mencari
kekasih lain.
Wahai seorang istri, engkau
rela menjual semua perhiasanmu untuk menikahkan suamimu.
Sungguh aku takjub dengan kalian berdua.)
……….
Dan pada suatu hari yang
penuh dengan kesedihan...namun ia sebenarnya hari yang penuh dengan
kebahagiaan.
Tiba-tiba telepon berbunyi.
Dengan sangat cepatnya Haya mengangkat untuk mendengarkan siapa yang
bicara.
Sebuah suara yang jauh itu berkata: "aku ingin bicara dengan
saudari Haya."
"ya, ini aku, Haya.
Dengan siapa bicara ?"
"aku saudaramu yang sedang berjihad di Chechnya"
"ikhlaskan suamimu wahai
saudariku. Sungguh dia telah syahid setelah melakukan pertempuran sengit
menghadapi pasukan Rusia. Demi Allah aku mencium wangi misik yang timbul dari
balik bajunya. Dan demi Allah senyum lepasnya tergambar dari wajahnya. Sabarkan
dirimu saudariku dan ikhlaskanlah dia"
Aku mampu menguasai diriku
saat bicara dengan orang tersebut dan aku sampaikan padanya:
"alhamdulillah jazakallah khairo"
Aku menutup pembicaraan.
Tiba-tiba aku histeris.
Sebuah gelombang besar berupa
tangisan, kesedihan dan kegembiraan telah bersatu padu pada saat yang sama.
Ibuku terkejut.
"Haya...Haya...ada apa
denganmu? siapa tadi yang bicara?"
Aku tak mampu berkata-kata.
Kadang aku tersenyum dan
menangis.
Aku pun dipeluk ibu sedang ia
berteriak: "Haya...bicaralah pada ibu..!"
Aku berusaha sekuat tenaga,
dan aku pun memberitahu tentang apa yang terjadi.
Selanjutnya aku pergi ke
kamar dan berkata pada ibu sedang beliau menangis: "ibu, siapa saja yang
ingin memberiku ucapan selamat maka boleh ia masuk kamarku. Dan siapa saja yang
ingin selainnya maka aku tidak membutuhkan kunjungannya."
Selanjutnya tidak ada yang
masuk kamarku kecuali beberapa orang saja yang memberiku ucapan selamat.
Subhanallah....!!!
.......
Sayangku, akhirnya engkau
telah temukan kekasihmu itu.
Kekasih hatimu.
Dan engkau pun akhirnya
bermalam mendatangi tujuh puluh dua pengantinmu.
Semuanya lebih cantik dari
Haya.
Semuanya lebih mulia dari
Haya.
Semuanya lebih lembut
suaranya dari Haya.
Oh, andai aku tahu keadaan
dirimu sekarang.
Sedang engkau berada di tengah gadis-gadis cantik jelita.
Bila engkau telah melupakan
Haya..Meskipun aku tahu engkau tidak akan berbuat itu.
Maka sungguh aku tak akan
melupakanmu sayang.
Selamanya.
Dirimu akan senantiasa abadi
dalam ingatan sepanjang hidupku.
Tiga tahun aku merasa
kepahitan dan jauh darimu.
Tidak pernah mata ini bercelak untuk melihat dirimu.
Namun jiwa ini berharap akan
melihatmu nanti di taman surga insya Allah.
Duhai sayangku yang tercinta.
Oh, duhai Singa.
Duhai pahlawan.
Sungguh dirimu telah meninggalkan rumahmu yang tentram.
Kemudian hidup di tengah
hutan dan gua-gua.
Di bawah desingan
peluru-peluru.
Kau telah tinggalkan
pengantin mudamu lalu tidur di atas salju.
Engkau melakukan ribath di
parit-parit.
Aku pun teringat dirimu
pernah berkata padaku: "Haya..aku tidak dapat tidur. Saudari-saudariku
menangis di Chechnya. Hatiku berdarah. Mataku pun berurai air mata."
Duhai sayangku, engkau
seorang pemuda yang penuh dengan himmah.
Bahkan seluruh himmah.
Engkau telah memikul perkara
agama sedang engkau berlaku zuhud dari dunia.
Kuucapkan selamat untukmu
dengan bidadari-bidadarimu.
Selamat untukmu dengan
surgamu.
Selamat untukmu bisa menemani
Hamzah. Ja'far. Zaid dan Mush'ab.
Bahkan selamat untukmu bisa
menemani sang kekasih shallallahu alaihi wasallam.
.......
Selamat tinggal duhai kekasih
hatiku.
Selamat tinggal.
Selamat tinggal.
Semoga diriku mendapatkan
syafa'atmu.
Lalu bertemu denganmu di
taman surga abadi insya Allah
Terjemahan: Fairuz Ahmad.
Bintara, 23 Ramadhan 1434 H./1 Agustus 2013 M.