Sungguh miris membaca dan mendengarkan berita
hari-hari ini. Berita miring, sindiran, tuduhan, pencemaran, peremehan,
pencacian dan lain sebagainya harus terucap dari lidah-lidah kita yang setiap
saatnya terbiasa berzikir dan membaca AlQur'an. Padahal kita pun tahu, mencuci
baju tidak mungkin dilakukan dengan air yang kemudian dicampur dengan tanah
kotor.
Tak selamanya perbedaan dalam tubuh umat
harus selalu melahirkan kedengkian. Tak seharusnya perbedaan senantiasa diakhiri
dengan permusuhan.
Sungguh Ulama salafus sholeh tak pernah
terdengar dalam sejarah emasnya, saat mereka berbeda lantas mengotori lidahnya.
Sebab yang menghalangi mereka berbuat hina adalah rasa takut kepada Allah
karena ilmu yang ada di dalam hati mereka.
Sejatinya,
perbedaan pasti ada. Sebab ia sudah ditetapkan sebagai bagian dari Sunnatullah.
Karenanya, Allah membimbing kita agar sama-sama saling mengingatkan.
Lihatlah, alangkah indah ungkapan Allah saat Ia mengatakan:
"dan berilah peringatan, sungguh
peringatan itu akan memberikan manfaat kepada orang-orang yang beriman."
(Adz-Dzariyat : 55)
Itulah rahasia ungkapan "azzikra".
Ia bermakna peringatan, bukan cibiran atau cacian. Dan marilah sejenak kita berhenti
pada ungkapan "tanfa'u". Ia
sebuah kata kerja yang terkait dengan waktu sekarang dan akan datang. Itu
artinya, peringatan harus senantiasa di berikan dan diterima karena ia
senantiasa memberikan manfaat. Lantas apa hikmahnya saat Allah menyebut
"al-mukminin"? bukankah itu berarti bahwa hanya orang-orang yang
beriman saja yang dapat menerima peringatan dari siapa pun? Ya, ternyata hanya keimanan yang mampu menjadikan
diri kita menerima manfaat peringatan.
Akhirnya,
kita menjaga lidah bukan karena terpaksa. Bukan pula karena tak mampu bersuara.
Namun karena ilmulah kita menjaganya. Sebab hanya ilmu yang menghasilkan
rasa takut kepada Allah, dan sebab itulah hanya para ulama yang tersebut
sebagai hamba-hamba yang takut kepada Allah.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Sungguh seorang hamba berbicara
dengan sebuah kata yang diridhai oleh Allah sedang ia tidak tahu akibatnya,
maka Allah akan mengangkat derajatnya oleh sebab perkataan itu.
"Dan sungguh seorang hamba berbicara
dengan sebuah kata yang dibenci oleh Allah sedang ia tidak memikirkan akibatnya,
maka (Allah) akan menyungkurkannya ke dalam neraka Jahannam oleh sebab
perkataan itu."
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
Fairuz Ahmad.
Bintara, di awal pagi yang menyesakkan hati.
19 Rabu'il Awwal 1434 / 31 Januari 2013