Minggu, 08 Desember 2013

KADANG LIDAH TAK SELAMANYA BERZIKIR

Sungguh miris membaca dan mendengarkan berita hari-hari ini. Berita miring, sindiran, tuduhan, pencemaran, peremehan, pencacian dan lain sebagainya harus terucap dari lidah-lidah kita yang setiap saatnya terbiasa berzikir dan membaca AlQur'an. Padahal kita pun tahu, mencuci baju tidak mungkin dilakukan dengan air yang kemudian dicampur dengan tanah kotor.
Tak selamanya perbedaan dalam tubuh umat harus selalu melahirkan kedengkian. Tak seharusnya perbedaan senantiasa diakhiri dengan permusuhan.
Sungguh Ulama salafus sholeh tak pernah terdengar dalam sejarah emasnya, saat mereka berbeda lantas mengotori lidahnya. Sebab yang menghalangi mereka berbuat hina adalah rasa takut kepada Allah karena ilmu yang ada di dalam hati mereka.

Sejatinya, perbedaan pasti ada. Sebab ia sudah ditetapkan sebagai bagian dari Sunnatullah. Karenanya, Allah membimbing kita agar sama-sama saling mengingatkan. Lihatlah, alangkah indah ungkapan Allah saat Ia mengatakan:
"dan berilah peringatan, sungguh peringatan itu akan memberikan manfaat kepada orang-orang yang beriman." (Adz-Dzariyat : 55)
Itulah rahasia ungkapan "azzikra". Ia bermakna peringatan, bukan cibiran atau cacian. Dan marilah sejenak kita berhenti pada ungkapan "tanfa'u". Ia sebuah kata kerja yang terkait dengan waktu sekarang dan akan datang. Itu artinya, peringatan harus senantiasa di berikan dan diterima karena ia senantiasa memberikan manfaat. Lantas apa hikmahnya saat Allah menyebut "al-mukminin"? bukankah itu berarti bahwa hanya orang-orang yang beriman saja yang dapat menerima peringatan dari siapa pun? Ya, ternyata hanya keimanan yang mampu menjadikan diri kita menerima manfaat peringatan.
Akhirnya, kita menjaga lidah bukan karena terpaksa. Bukan pula karena tak mampu bersuara. Namun karena ilmulah kita menjaganya. Sebab hanya ilmu yang menghasilkan rasa takut kepada Allah, dan sebab itulah hanya para ulama yang tersebut sebagai hamba-hamba yang takut kepada Allah.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Sungguh seorang hamba berbicara dengan sebuah kata yang diridhai oleh Allah sedang ia tidak tahu akibatnya, maka Allah akan mengangkat derajatnya oleh sebab perkataan itu.
"Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan sebuah kata yang dibenci oleh Allah sedang ia tidak memikirkan akibatnya, maka (Allah) akan menyungkurkannya ke dalam neraka Jahannam oleh sebab perkataan itu."
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
Fairuz Ahmad.
Bintara, di awal pagi yang menyesakkan hati.
19 Rabu'il Awwal 1434 / 31 Januari 2013
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar