Rabu, 04 Desember 2013

Tanggapan Atas Syubhat Dan Dusta Penceramah Syi'ah Dari Sebuah Radio Swasta [2]



secara umum ada 2 tema yang diangkat penceramah :
I. Pembunuh Khalifah Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib adalah orang Islam
Demi Allah, penulis bersaksi di hadapan-NYA bahwa perkataan ini adalah dusta sang penceramah terhadap Rasulullah dan para Sahabat tersebut. Semoga tuduhan keji terhadap orang Islam sebagai pembunuh mereka akan dibalas oleh Allah Azza wa Jalla.
Para ulama Ahlus Sunnah yang berbicara dalam masalah ini berpendapat bahwa fitnah dan cobaan umat Islam itu dimulai pada masa pembunuhan Utsman dan selanjutnya Ali, sebab pembunuh keduanya memang seorang muslim meski ia kemudian tertuduh sebagai khawarij munafik berdasarkan beberapa nubuwwat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam haditsnya.
Sedang pembunuh Umar, maka sesuai pernyataan beliau sendiri bahwa pembunuhnya bukanlah seorang muslim. Adapun riwayat haditsnya akan dipaparkan kemudian.
Betapa buta penceramah tersebut dengan sejarah, sebab pernyataan secara umum bahwa para pembunuh ketiga Khalifah tersebut sebagai seorang muslim akan menimbulkan pemahaman yang kabur di kalangan umat Islam, bahwa pembunuh Umar adalah muslim padahal sebenarnya ia kafir, dan pembunuh Utsman dan Ali adalah muslim dari kalangan Ahlus Sunnah yang tidak tertuduh apa pun, padahal sebenarnya ia muslim tapi tertuduh munafik khawarij berdasarkan rujukan riwayat yang ada.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sudah mengatakannya dalam hadits, bahwa Umar akan syahid, Utsman akan syahid dan Ali juga akan syahid. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata saat beliau bersama Abu bakar, Umar dan Utsman berada di atas gunung Uhud sedang gunung itu bergoncang :
"Diamlah wahai Uhud, tidaklah berada di atasmu kecuali Nabi, Siddiq dan dua orang syahid."[15]
Di saat yang lain beliau berada di atas bukit Hira bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah dan Zubair, lalu bergoncanglah bukit tersebut sehingga beliau berkata kepadanya :
"Tenanglah, tidaklah berada di atasmu kecuali seorang Nabi, atau seorang Siddiq atau seorang Syahid."[16]
Pembunuh Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu adalah Abu Lu'lu'ah Al-Majusi laknatullah alaihi. Ia menusuk beliau dua kali dengan belati bermata dua yang sudah diberi racun, dan simaklah penuturan sahabat Amr bin Maimun radhiyallahu anhu dalam Shahih Bukhari saat Umar mengetahui siapa pembunuhnya maka beliau berkata :
"Segala puji bagi Allah Yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang muslim."
Setelah sang Majusi membunuh Umar ia selanjutnya mengarahkan belatinya ke kiri dan kanan sehingga melukai 13 orang sahabat lainnya yang sedang shalat subuh bersama Umar sebagai imamnya, dan 7 di antaranya mendapatkan syahid.[17]
Sedang yang membunuh Utsman bin Affan radhiyallahu anhu adalah sekelompok pembangkang yang telah terhasut oleh seorang Yahudi dari Yaman yaitu Abdullah bin Saba'.
Abdullah bin Saba' oleh orang-orang syi'ah yang berniat membodohi kaum muslimin mengatakan bahwa ia adalah "syakhshun khayaliy" alias tokoh khayalan, padahal ulama mereka sendiri mengakui eksistensinya seperti An-Nasy'iul Akbar (w 203) dalam kitabnya Masa-ilul Imamiyyah, Al-'Asy'ari Al-Qummy (w 310) dalam Al-Maqalat wal Firaq, An-Nubakhtiy dalam Firaqus Syi'ah, Al-Kasyi (369) dalam Rijalul Kasyi, Ibnu Abil Hadid (656) dalam Syarah Kitab Nahjul Balaghah, Ni'matullah Al-Jaza'iriy (1112) dalam Al-Anwar An-Nu'maniyyah dan lain-lain. Dialah yang menggerakkan orang-orang pembangkang dari kota Bashrah, Kufah dan Mesir dengan cara mencatut nama-nama dan stempel dari sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Zubair, Thalhah, Aisyah dan lain-lain guna meyakinkan para pembangkang bahwa para sahabat tersebut mengingkari dan mencela Khalifah Utsman.
Para pembangkang yang telah terhasut ini bermacam-macam. Syeikh Muhibbuddin Al-Khathib dalam ta'liq (komentar)nya di kitab Al-'Awashim Minal Qawashim menyebutkan; di antara mereka ada yang berlebih-lebihan dalam beragamanya sehingga saat mengingkari sesuatu mereka lakukan dengan berbuat dosa besar (kemungkinan ungkapan beliau ini dimaksudkan untuk kaum Khawarij). Ada juga orang-orang hasad yang sakit hati karena tidak mendapatkan bagian duniawi yang lebih baik sebab mereka baru dalam memeluk agama Islam, belum pernah berjihad dan melakukan futuhat sehingga tidak mendapatkan ghanimah sebagaimana para pendahulunya. Ada juga yang sakit hati dan tidak terima lantaran diri mereka dan beberapa anggota keluarganya pernah dita'dib dan dita'zir (dihukum) akibat kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Ada juga orang-orang bodoh yang diperalat oleh kelompok Abdullah bin Saba' dengan merusak aqidah mereka. Ada juga orang-orang yang tidak tahu balas budi atas kebaikan yang pernah diberikan oleh Utsman kepada mereka, lalu mereka menjadi semakin tamak dengan kekuasaan.[18]
Mereka membunuh Khalifah sedang beliau membaca Al-Qur'an setelah terlebih dulu dikepung rumahnya tidak boleh keluar, bahkan untuk mengambil air.
Para pentolan yang berusaha membunuhnya adalah Kinanah bin Bisyr, Ruman Al-Yamani, Jibillah bin Aiham, Sudan bin Humran, seorang dari Bani Sadus yang dijuluki Al-Maut Al-Aswad, Malik bin Al-Asytar An-Nakha'i dan lain-lain.[19]
Abdul A'la bin Al-Haitsam berkata, ayahku berkata padaku :
"Aku bertanya pada Hasan Bashri "Apakah ada seseorang dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang membunuh Utsman ?"
Beliau menjawab :
"Tidak. Mereka (pembunuh Utsman) adalah orang-orang keras dan kasar dari Mesir"[20]
Imam Al-Hakim dalam Mustadrak meriwayatkan hadits dari Kinanah al-Adawy, ia berkata :
"Saat itu aku berada bersama seseorang yang mengepung Utsman. Aku lalu bertanya : "Apakah Muhammad bin Abu Bakar yang telah membunuhnya ?. Ia menjawab : "Bukan. Tapi Jibillah Ibnul Aiham, orang dari Mesir."
Kinanah berkata : "Ada yang bilang pembunuhnya adalah Kabirah As-Sukuny, dan ada yang bilang Kinanah bin Bisyr At-Tajiby. Kemungkinan dua-duanya terlibat, semoga Allah melaknat keduanya."
Walid bin Uqbah berkata :
"Ketahuilah bahwa sebaik-baik manusia setelah Nabi adalah orang yang dibunuh oleh At-Tajiby (pembunuh Utsman) yang datang dari Mesir."[21]
Lalu siapakah para pembunuh itu ? Imam Al-Hakim dalam Mustadrak meriwayatkan hadits shahih dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Utsman :
"Sesungguhnya Allah akan memakaikanmu sebuah baju (khilafah), maka jika seandainya orang-orang munafik menginginkan lepasnya baju itu maka jangan kamu lepas."[22]
Telah nyata siapa sebenarnya para pembunuh beliau, yaitu orang-orang yang menampakkan keislamannya namun sikap mereka adalah munafik khawarij yang membangkang kepada Khalifah. Dan kemudian sejarah membuktikan bagaimana akhir kehidupan para petualang pendosa ini.
Al-Hafidz Adz-Dzahaby dalam Siyar di akhir terjemahnya tentang Muhammad bin Abu Hudzaifah, lelaki keturunan Habasyah yang ikut memimpin pembangkang dari Mesir berkata :
"Sebagian besar orang yang berusaha membunuh Utsman telah mati terbunuh. Semoga terbunuhnya mereka adalah lebih baik dan menjadi pembersih dosa-dosa mereka."[23]
Muhammad bin Sirin bercerita pada saat beliau tawaf melihat orang laki-laki yang sedang berdo'a "Ya Allah ampuni hamba, namun hamba tidak yakin Engkau ampuni hamba", maka beliau pun bertanya kenapa berdo'a seperti itu ?. Ia bercerita bahwa dahulu ia berjanji kepada Allah sekiranya ia dapat membunuh Utsman maka ia akan menampar mukanya. Lalu setelah Utsman terbunuh dan disemayamkan di rumahnya, ia pun masuk. Setelah tidak ada satu pun orang di dalam rumah, ia lalu membuka tutup mukanya dan menampar wajah Khalifah yang mulia dan saat itulah tangannya mengering.
Muhammad bin Sirin lalu melihat tangan orang tersebut dan ternyata ia kering seperti batang kayu.[24]
Adapun pembunuh Khalifah Ali bin Thalib radhiyallahu anhu adalah seorang Khawarij bernama Abdur Rahman bin Muljam Al-Murady. Ia telah bersepakat dengan dua orang temannya sesama khawarij untuk membunuh tiga orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ia memilih Ali untuk dibunuh, sedang Al-Bark At-Tamimi memilih untuk membunuh Mu'awiyah, dan Amr bin Bakr At-Tamimi memilih Amr bin Ash. Lalu semua melaksanakannya namun hanya Khalifah Ali bin Abi Thalib yang terbunuh sebagai syahid. Dan ketiga pembunuh itu pun pada akhirnya terbunuh semua.
Sekiranya sang penceramah itu mengerti sejarah dan mempelajarinya dengan ikhlas berdasarkan kaidah-kaidah belajar yang benar maka mulutnya tidak akan lancang dan gegabah dalam bicara.
Al-Qadhi Abu Bakr Ibnul Arabi dalam Al-'Awashim telah memperingatkan kaum muslimin agar berhati-hati dalam mengambil kisah-kisah seputar fitnah pada masa setelah meninggalnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan beliau berpendapat bahwa sumber sejarah yang mu'tamad (bisa dibuat sandaran) ada dalam kitab Tarikh Ath-Thabari, sebab dalam kitab ini semua riwayatnya bersandar pada perawi-perawinya. Dan Syeikh Muhibbuddin Al-Khathib dalam ta'liqnya terhadap pendapat Ibnul Arabi ini mengatakan hendaknya kaum muslimin yang mengambil sumber sejarah dari Tarikh Ath-Thabari mengerti tentang ilmu hadits, sebab Imam Ath-Thabari memang meriwayatkan seluruh riwayat yang shahih maupun yang palsu agar orang yang membacanya bisa tahu mana riwayat sejarah yang benar dan mana yang dipalsukan. Bila ada orang yang tidak mengerti ilmu hadits lalu ia membaca semua riwayatnya dan membenarkannya maka ia ibarat "Hathibu lail" yaitu orang yang memungut kayu bakar di malam hari, bisa jadi ia memungut ular sehingga menjadi sebab kebinasaannya.[25]
Syeikh DR. Utsman bin Muhammad Al-Khamis menjelaskan dalam bukunya Huqbah Minat Tarikh, bagi siapa saja yang membaca sejarah agar memperhatikan kaidah-kaidah yang benar terutama dalam mengambil riwayat hadits atau cerita.[26]
Sebab bila orang bodoh dan sembrono dalam hal kaidah-kaidah ilmu hadits, maka ia akan menjadi santapan orang-orang yang menyesatkan. Semoga kita dapat meneladani Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang meski banyak menuai kritik para Ulama terkait banyaknya riwayat lemah dan palsu dalam kitabnya Ihya Ulumid Din dan beliau sendiri mengatakan "saya tidak punya modal dalam bidang hadits", namun di akhir hidupnya sebagaimana keterangan Al-Hafidz Adz-Dzahabi dalam Siyar, beliau mendapatkan limpahan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sebab keikhlasannya dan selamat dari kebinasaan hingga akhirnya beliau memutuskan untuk mempelajari hadits dan menghafalnya. Beliau meninggal sedang kitab Shahih Bukhari berada di atas dadanya.
Bersambung...
(catatan kaki ada di bagian 4)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar