II. FITNAH TERSELUBUNG BERNAMA TAQRIB (PENDEKATAN ANTAR
MAZHAB)
Dalam ceramahnya, penceramah tersebut berbicara panjang
lebar dan sangat serius tentang tema pentingnya menjaga persatuan umat. Ia
menebarkan banyak jebakan jaring laba-laba dengan sangat rapi dan nyaris tak
terlihat.
Sehingga siapapun akan menyangka bahwa ia adalah pemersatu umat. Di antara jebakan yang disampaikan dalam ceramahnya adalah menukil beberapa hadits dari Shahih Bukhari dengan mengatakan bahwa ia tidak mau selain Bukhari, karena akan mudah disangkal dan dipatahkan. Berikut racun-racun yang ia sebar pada jaring laba-labanya :
Sehingga siapapun akan menyangka bahwa ia adalah pemersatu umat. Di antara jebakan yang disampaikan dalam ceramahnya adalah menukil beberapa hadits dari Shahih Bukhari dengan mengatakan bahwa ia tidak mau selain Bukhari, karena akan mudah disangkal dan dipatahkan. Berikut racun-racun yang ia sebar pada jaring laba-labanya :
1.
Hadits
dalam Shahih Bukhari no.663
Dari Ubaidillah bin 'Adiy bin Khiyar ia masuk menemui
Utsman bin Affan radhiyallahu anhu yang saat itu dalam kepungan dan berkata :
"Sungguh engkau adalah imam 'ammah (jama'ah) dan saat
ini engkau tahu dengan apa yang sedang terjadi padamu (dikepung), sekarang kami
akan diimami oleh imam fitnah (pemimpin para pengepung) sedang kami merasa
keberatan."
Maka beliau menjawab :
"Shalat (berjama'ah) adalah sebaik-baik apa yang
dikerjakan manusia. Apabila orang-orang berbuat baik maka berbuatlah baik
bersama mereka, dan jika mereka berbuat buruk maka jauhilah keburukannya."
Bila hadits ini ada di shahih Bukhari, maka sebaik-baik
penjelasan adalah apa yang disampaikan oleh Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
Fathul bari.
Beliau merinci penjelasan sebagai berikut :
Hadits ini terkait dengan shalat jama'ah dimana imamnya
adalah imam yang tertuduh atau terbukti sebagai pembangkang yang menentang
penguasa, atau imamnya adalah ahli bid'ah sesuai dengan bab yang dibuat oleh
Imam Bukhari, dan itulah yang dimaksud dengan imam fitnah dalam hadits.
Imam Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ibnu Wadh-dhah dari
Ibnu Abdil Bar dan lainnya bahwa orang yang dimaksud dalam hadits sebagai imam
fitnah adalah Abdur Rahman bin 'Udais Al-Balwa, sedang Ibnul Jauzi menambahkan
bahwa orang yang ikut menjadi imam fitnah adalah Kinanah bin Bisyr, dan
keduanya adalah termasuk pemimpin para pembangkang dari Mesir.
Sedang ungkapan "kami merasa keberatan" adalah keberatan
karena takut berdosa shalat bersama mereka namun akhirnya Utsman mengijinkan
shalat bersama mereka dimana ijinnya ini disimpulkan oleh Ibnu Hajar bahwa
menghadiri shalat jama'ah tetap harus dilakukan agar kalimah kaum muslimin
tidak bertambah pecah saat terjadi fitnah. Di antara sahabat yang ikut shalat
bersama mereka adalah Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif Al-Anshari, Ali bin Abi
Thalib, Abu Ayyub Al-Anshari dan Thalhah bin Ubaidillah.[27]
Hadits ini demikian agung makna dan maksudnya, namun ia
dapat diubah menjadi racun oleh para pendusta agama. Saat mereka hendak menipu umat dengan mengatakan
bahwa sang Khalifah saja mengijinkan kaum muslimin shalat berjama'ah dengan
imam seorang pembangkang, maka kita tidak perlu mempermasalahkan bila suatu
saat yang menjadi imam adalah seorang syi'ah.
Apakah
penceramah ini buta dengan pendapat para Ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan
Hambali bahwa syarat sah menjadi imam yang paling pertama adalah beragama Islam.
Apa ia tidak pernah membaca kitab-kitab mereka semisal Ad-Durrul Mukhtar,
Al-Lubab, Bada'i'us Shana'I, Asy-Syarhus Shaghir, Al-Qawaninul Fiqhiyyah,
Mughnil Muhtaj, Kasysyaful Qina', Al-Mughni, Al-Majmu' dan lain-lain ?
Sedang para
Ulama telah berpendapat bahwa syi'ah rafidhah dan yang semisalnya adalah kafir
dengan salah satu cirinya adalah mencela sahabat Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam. Dalam komentarnya Syeikh Muhibbuddin Al-Khathib menjelaskan barang
siapa mencela sahabat maka ia telah keluar dari agama Islam, sebab tidaklah
pencelaan kepada sahabat kecuali bersumber dari keyakinan akan keburukan para
sahabat, menyembunyikan kedengkian terhadap mereka dan mengingkari apa yang
telah Allah sebutkan dalam Al-Qur'an dan apa yang disebutkan Rasulullah tentang
pujian dan kecintaan kepada mereka. Sebab para sahabat adalah ibarat sebuah jalan
yang paling diridhai untuk menyampaikan wahyu Al-Qur'an dan Hadits, sehingga
mencela dan meremehkan mereka adalah sama saja dengan mencela dan meremehkan
wahyu, dan pengetahuan akan hakikat ini hanya ada pada orang-orang yang aqidahnya
selamat dari kemunafikan, kezindikan dan ilhad.[28]
Jadi berdasarkan
hadits Bukhari tersebut, imam fitnah pada masa pengepungan Utsman masih
berstatus muslim meski ia tertuduh munafik khawarij sebagaimana pada penjelasan
tentang siapa pembunuh Utsman. Dan umat Islam masih dibolehkan shalat di
belakangnya sebagaimana kita bisa mengetahui pendapat Ulama dalam masalah ini
pada bab "As-Shalatu khalfa imamin fasiq".
Namun yang perlu
diketahui bahwa para Ulama yang berpendapat tentang kesesatan dan kekafiran
Syi'ah sangatlah banyak, di antaranya :
Al-Khalal
meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, ia berkata: “Saya mendengar Abu
Abdullah (Imam Ahmad) berkata, bahwa Imam Malik berkata :
"Orang yang
mencela shahabat-shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka ia tidak
termasuk dalam golongan Islam."[29]
Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata dalam tafsirnya tentang ayat 29 Surat Al-Fath :
"Dari ayat
ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik rahimahullah, beliau mengambil
kesimpulan tentang kekafiran Rafidhah yang membenci para shahabat Radhiyallahu
‘Anhum. Beliau berkata : "Karena mereka ini membenci para shahabat, dan
barangsiapa membenci para shahabat, maka ia telah kafir berdasarkan ayat
ini." Pendapat ini disepakati oleh segolongan ulama radhiyallahu
‘anhum."[30]
Imam Al-Qurthubi
berkata :
Sungguh sangat bagus ucapan Imam Malik itu dan benar
penafsirannya. Siapa pun yang menghina seorang dari mereka (sahabat Nabi) atau
mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan alam semesta dan
membatalkan syari’at kaum Muslimin."[31]
Syeikh
Al-Khallal meriwayatkan bahwa Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal) pernah
ditanya oleh Abu Bakar Al-Marwazi tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar
dan Aisyah, dan beliau menjawab :
"Aku tidak
melihatnya berada di atas agama Islam."
Abu Abdillah
juga berkata :
"Barang
siapa mencela (sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) maka aku khawatir ia
menjadi kafir seperti halnya orang-orang Rafidhah."
Selanjutnya
berkata lagi :
"Barangsiapa
mencela Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam maka kami khawatir ia telah
keluar dari Islam (tanpa disadari).[32]
Malah dalam
kitab As-Sunnah tulisan Imam Ahmad sendiri, beliau berkata :
"Mereka itu
adalah golongan yang menjauhkan diri dari shahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya kecuali hanya empat
orang saja yang tiada mereka kafirkan, yaitu: Ali, Ammar, Miqdad dan Salman.
Golongan Rafidhah ini sama sekali bukan Islam.[33]
Imamul
Muhadditsin Al-Bukhari berkata :
"Bagi saya
sama saja, apakah aku shalat di belakang seorang Jahmi (beraliran Jahmiyah)
atau seorang Rafidhi (beraliran Syi’ah Rafidhah), atau aku shalat dibelakang
Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam
kepada mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan
mereka sebagai saksi dan memakan sembelihan mereka.[34]
Al-Qadhi Abu
Ya’la berkata :
"Adapun
Rafidhah, maka hukum terhadap mereka . . . sesungguhnya mengafirkan para
sahabat atau menganggapnya fasik, yang berarti mesti masuk neraka, maka orang
semacam ini adalah kafir.[35]
Ibnu Hazam al-Zahiri
Imam Ibnu Hazm berkata :
"Pendapat mereka (Yakni Nashrani)
yang menuduh bahwa golongan Rafidhah (Syi’ah) merubah Al-Qur’an, maka
sesungguhnya golongan Syi’ah Rafidhah bukan termasuk bagian kaum muslimin.
Karena golongan ini muncul pertama kalinya setelah dua puluh lima tahun dari
wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Syi’ah Rafidhah adalah
golongan yang mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nashrani dalam melakukan
kebohongan dan kekafiran."[36]
Beliau juga
menambahkan :
" Orang
yang berpendapat, bahwa Al Qur’an ini telah diubah adalah benar-benar kafir dan
men-dustakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.[37]
Dalam kitabnya
yang lain beliau juga berpendapat :
"Tidak ada
perbedaan pendapat di kalangan semua kelompok umat Islam Ahlus Sunnah,
Mu’tazilah, Murji’ah, Zaidiyah, bahwa adalah wajib berpegang kepada Al Qur’an
yang biasa kita baca ini. Dan hanya golongan Syi’ah ekstrim sajalah yang
menyalahi sikap ini. Dengan sikapnya itu mereka menjadi kafir lagi musyrik,
menurut pendapat semua penganut Islam. Dan pendapat kita sama sekali tidak sama dengan mereka (Syi’ah). Pendapat
kita hanyalah sejalan dengan sesama pemeluk agama kita.'[38]
2.
Syiah adalah mazhab.
Sang penceramah
pun telah keceplosan atau mungkin sengaja dengan mengatakan bahwa Syi'ah adalah
mazhab fiqih dalam Islam. Dan inilah fitnah dan racun yang ia tebarkan
dalam jaring laba-labanya.
Syeikh DR. Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqaddam dalam
mukadimah buku Huqbah Minat Tarikh menjelaskan panjang lebar tentang bahaya
menjadikan Syi'ah Imamiyah Ja'fariyah sebagai mazhab kelima dalam fiqih Islam.
Beliau menjelaskan bahwa sebagian orang yang memasukkannya
sebagai mazhab kelima dalam fiqih adalah karena kebodohannya akan ajaran pokok agama
Islam jika ia orang Islam, atau kebodohannya akan ajaran pokok agama Syi'ah
yang menyimpang, atau kebodohannya akan sejarah hitam dan kelam agama Syi'ah
yang dipenuhi dengan pengkhianatan terhadap kaum muslimin, siapa yang
bersekongkol dengan pasukan Tatar untuk menghancurkan kota Baghdad dan
membantai para ulama di sana, dan pengkhianatan-pengkhianatan lainnya ?, atau
kebodohannya akan kenyataan pahit dan berat para kaum sunni yang hidup
minoritas di negara rafidhah Iran, mereka disiksa, diintimidasi dan diusir,
sampai bangunan masjid pun dilarang berdiri, atau kebodohannya akan kenyataan
terkini yang telah menyingkap tabir kemunafikan dan taqiyyah mereka di Afghanistan,
Suriah dan Libia.
Dan ungkapan Syi'ah Imamiyah Ja'fariyah sebagai mazhab
kelima dalam fiqih Islam adalah salah satu propaganda dusta dan sesat yang
menggelincirkan umat dari agamanya dan memudahkan jalan bagi penyebaran
pemikiran rafidhah yang dapat menyebabkan rusaknya Manhajun Nubuwwah dan
runtuhnya bangunan Sunnah Nabi dan para sahabatnya, yang mana setelah
keruntuhannya maka akan dibangun di atasnya kesesatan rafidhah beserta
khurafat-khurafatnya.[39]
Oleh sebab tujuan inilah maka mereka berlindung di balik
tabir fitnah bernama Taqrib yang akan disampaikan pada bagian akhir dalam tulisan
ini tentang hakikat taqrib yang ditulis oleh Syeikh Muhibbuddiin Al-Khathib
dalam bukunya yang lain yaitu Al-Khuthuth Al-Aridhah Lil Usus Allati Qaama
'Alaiha Dinus Syi'ah Al-Imamiyyah Al-Itsna 'Asyriyyah insya Allah.
3.
Hadits
riwayat Bukhari no.7 KITAB BAD-IL WAHYI DAN KERAGUANNYA PADA AYAT 64 SURAT ALI IMRAN.
Penipuan berikutnya dari penceramah pendusta tersebut
kepada para jama'ah adalah penyampaian hadits panjang dalam Shahih Bukhari no.7
sebuah riwayat cerita Abu Sufyan bin Harb kepada Abdullah bin Abbas
radhiyallahu anhuma tentang surat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
kepada Heraklius agar masuk Islam. namun saya akan nukilkan potongan hadits isi
surat
Rasulullah yang memang sepotong itulah yang disampaikan oleh penceramah sebagai
berikut :
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad
hamba Allah dan utusannya.
Kepada Heraklius
Raja Romawi.
Keselamatan atas
orang-orang yang mengikuti petunjuk.
Amma ba'd :
Sesungguhnya
saya mengajakmu dengan ajakan Islam. Masuk Islamlah niscaya kamu selamat, Allah
akan memberimu dua pahala. Tapi jika kamu berpaling maka atasmu dosa dan dosa
pengikutmu. Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)." (Surat Ali Imran : 64)
Penceramah
pendusta itu mencoba meyakinkan kepada para jama'ah bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam adalah sosok manusia yang rendah hati dan sangat
santun, tidak sombong, tidak mudah mengkafirkan orang, dan mengatakan sesat. Dalam
suratnya beliau mengatakan "Dari Muhammad" saja dan bukan "Dari
Rasulullah", artinya meskipun beliau adalah seorang Rasul tetapi tidak
menyombongkan dirinya dengan menyebut "Rasulullah" tapi "Dari
Muhammad".
Penceramah itu sungguh
pendusta dan penipu, kenapa dia hanya menyampaikan "Dari Muhammad" dan
meyakinkan para jama'ah bahwa hanya seperti itulah bunyinya. Padahal hadits itu
bila dilanjutkan maka ada tambahan " hamba Allah dan utusannya".
Bahkan riwayat ini diulang oleh Imam Bukhari pada bab yang berbeda dan tetap
sama ungkapannya, seperti dalam Kitabul Jihad 1773 dan 2782, Kitab Tafsir Surat
Ali Imran 4278, Kitabul Isti'dzan 5906, dan seperti itu juga lafal dalam
riwayat Muslim 1773, Abu Dawud 5136 dan Tirmidzi 2717.
Dan kedustaan
berikutnya adalah ungkapannya saat ia mengatakan bahwa dalam surat Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam itu beliau mengajak Ahlul Kitab agar berpegang
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu.
Pendusta itu
mengatakan pada jama'ah agar mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dalam berdakwah yang mengajak persamaan dan bukan mengajak pada perbedaan.
Ungkapan di atas
sungguh sangat berbahaya sebab dapat menimbulkan kerancuan pemahaman yang
sangat fatal. Boleh jadi ia sengaja melakukan itu agar hadirin memahami bahwa
agama Syi'ah dan Islam itu sama dan hanya berbeda dalam fiqih.
Namun yang paling fatal adalah saat ia agak sedikit
bercanda dengan mengatakan :
"itu pun
kalau memang benar ayat itu masih asli…!!!!
Ungkapan kufur
di atas memang sudah menjadi ciri khas orang-orang Syi'ah sebagaimana para
Ulamanya yang meriwayatkan tentang adanya penyelewengan pada Al-Qur'an.
Riwayat-riwayat dusta itu akhirnya ditulis bukunya oleh Ath-Tibrisiy dengan judul
"Fashlul Khithab Fi Itsbati Tahrifi Kitab Rabbil Arbab".
Ya Allah
saksikanlah kelancangan mulut pendusta yang meragukan ayat Al-Qur'an-MU.
Kemudian ia
menuduh adanya pesantren-pesantren yang salah dalam mengajarkan agama kepada
santri-santrinya. Di antara tuduhannya adalah kesalahan dalam mengartikan surat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi "aslim taslam"
dengan arti "Masuk Islamlah kalau tidak kalian adalah kafir" dan
"Masuk Islamlah kalau tidak kalian akan kami bunuh". Juga menuduh
mereka dengan kesalahan mengartikan ayat-ayat Al-Qur'an.
Sekilas sudah
bisa ditebak arah tuduhan penceramah pendusta ini saat ia menuduh
pesantren-pesantren dengan tuduhan keji seperti itu. Sebenarnya ia ingin
membuat opini bahwa jangan sampai umat Islam sekarang antusias dan konsentrasi
mendidik anak-anaknya di pesantren. Paling tidak ada dua sebab utama yaitu :
Pertama, pesantren-pesantren
baru yang sekarang bermunculan adalah pesantren dengan basis pemahaman aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama'ah dikarenakan banyaknya umat yang mulai sadar akan
pentingnya pendidikan agama yang benar, dan jelas ini akan sangat menghambat
dan membahayakan laju gerakan penyebaran agama sesat itu.
Kedua, minimnya
pesantren resmi yang berbasis agama Syi'ah sehingga ia memerlukan counter
dengan cara memfitnah pesantren Islam agar menimbulkan resistensi di kalangan umat
Islam terhadap pesantren Islam yang berbasis aqidah yang benar.
Dan ia menutup
fitnahnya terhadap pesantren Islam dengan mengatakan : tidak semua pesantren
itu cocok buat pendidikan santri. Meski boleh jadi niatnya adalah tidak cocok
dengan agama sesat mereka namun ia sembunyikan.
Bersambung...
(catatan kaki ada di bagian 4)