Ibarat pohon, perbuatan dosa juga ada proses
pertumbuhannya sampai ia menjadi dosa besar. Bermula dari sebuah biji kecil
atau tunas kecil yang kadang terasa tak punya pengaruh apa-apa, namun saat ia
telah tumbuh menjelma menjadi pohon besar dan kuat, maka untuk menebangnya pun
membutuhkan tenaga, peralatan untuk memotong, tata cara memotong yang efektif
dan juga pasti memerlukan waktu yang tak sedikit. Tapi manakala memotong di saat ia masih berupa
tunas, maka pekerjaan akan terasa sangatlah mudah.
Setiap
pelaku dosa bila ia melakukannya secara terus-menerus, niscaya akan menemukan kebiasaan
yang semakin hari semakin bertambah profesional, dalam aspek apapun, apakah
cara berbuat dosanya, atau waktu yang efektif saat berbuat dosa, atau dengan
siapa sebaiknya berbuat dosa, atau bagaimana cara menyembunyikan perbuatan
dosanya, atau berapa uang yang harus dikeluarkan untuk berbuat dosa dan lain
sebagainya. Semua itu akan menemukan caranya sendiri, sebab kadang kala bisa
itu karena kebiasaan.
Ada
seorang penyair Arab bernama Abu Farras Al-Hamadani yang menasehati kita agar
tidak terjebak dalam pusaran dosa. Ia memberitahu kita akan pentingnya
mengetahui segala macam perbuatan dosa agar kita dapat menghindar darinya:
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه ### ومن لا
يعرف الشر من الخير يقع فيه
"Aku mengetahui
perbuatan buruk namun bukan untuk melakukannya, tapi agar aku terhindar
darinya. Karena barang siapa yang tidak dapat mengetahui baik dan buruk niscaya
ia akan terjebak melakukannya."
Sebagaimana
keimanan kita yang kadang kala naik dan turun, maka termasuk bagian penting
yang harus kita miliki adalah, mengetahui sebab-sebab naik dan turunnya
keimanan kita. Dan sangat penting bagi kita untuk mengetahui tahapan-tahapan perbuatan
dosa dengan harapan apabila kita telah sampai pada tahapan tertentu, maka
sesegera mungkin kita berusaha mengerem sekuat tenaga.
Tahapan-tahapan
perbuatan dosa itu adalah:
- Al-Iktsaar minal mubaahaat (Banyak mengerjakan perkara-perkara mubah). Dalam syari'at agama kita memang ada amalan-amalan yang masuk kategori mubah yaitu boleh seseorang mengerjakan hal itu selama tidak berlebihan. Contoh tidur siang boleh, namun bila setiap hari dan sepanjang siang ia tidur maka kapan ia bekerja, kapan ia belajar dan menuntut ilmu dan lain-lain. Atau di saat agama membolehkan ia tertawa, namun bila banyak waktu ia habiskan untuk tertawa dan menertawakan hal-hal yang tidak berguna, maka ia akan banyak kehilangan waktu luangnya, dan saat itulah ia sedang menuju ke tahapan dosa berikutnya.
- Tarkul mustahabbaat (Meninggalkan perkara-perkara sunnah). Bagaimanakah keadaan seseorang yang sudah banyak kehilangan waktu luangnya?, atau bila sudah sangat sulit lagi meluangkan waktunya?, otomatis ia akan kehilangan kesempatan-kesempatan untuk mengerjakan sunnah-sunnah Nabinya. Maka tidak heran bila kemudian hari kita menyaksikan semakin jauhnya kita dengan amalan-amalan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Bagaimana sunnah makan dan minum, sunnah bertetangga, sunnah berdo'a, sunnah berbicara, dan sunnah-sunnah Beliau yang alangkah sangat banyaknya bila kita mengetahuinya. Dan itu semua banyak yang kita tinggalkan. Maka akibatnya adalah makin lemahnya kontrol keimanan dalam hati.
- Fi'lul makruuhaat (Mengerjakan hal-hal makruh). Tahapan berikutnya saat seseorang telah banyak kehilangan waktunya dengan banyak mengerjakan perkara-perkara mubah dan banyak meninggalkan sunnah-sunnah Rasulullah adalah, terjebaknya ia dalam kemudahan melakukan hal-hal makruh dalam agama. Semakin turun keimanan seseorang maka semakin meningkat pula dorongan dan motivasi untuk melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam agama meski ia berupa perkara-perkara yang makruh. Pada tahap inilah rem dan kontrol keimanan dalam hatinya mengalami sedikit blong, sehingga pada tahap selanjutnya ia akan turun ke tingkat berikutnya.
- Al-ishraar 'alas shaghaa'ir (Terus-menerus berbuat dosa-dosa kecil). Dosa-dosa kecil adalah jembatan utama menuju dosa-dosa besar. Semakin tertipu dan terjebak seseorang dalam pusaran dosa-dosa kecil, maka semakin sulit ia terlepas dan keluar dari pusaran tersebut. Memang tidak menutup kemungkinan seorang muslim terjebak dalam dosa-dosa kecil, namun bila ia selalu terdorong untuk melakukannya secara terus-menerus tanpa mampu mengeremnya sama sekali, maka saat itulah ia sedang menuju gerbang dosa berikutnya.
- Irtikaabul kabaa'ir (Melakukan dosa-dosa besar). Kadang pohon yang besar dan kuat akan nampak biasa saja bagi sebagian orang. Tak perlu menelitinya kapan ia menjadi besar, berapa tahun ia dapat tumbuh sampai sebesar itu, bagaimana bentuknya saat ia kecil. Dan yang pasti, bila keberadaan pohon itu sangat mebahayakan lingkungan sekitar, maka untuk menebangnya dibutuhkan tenaga, waktu, peralatan yang memadai, dan juga kemauan untuk menebang. Zina adalah dosa besar, tapi ia tidak akan terjadi bila tidak ada hal-hal yang mengantarkan seseorang berbuat zina. Hal-hal tersebut adalah pergaulan bebas semisal pacaran, campur baur laki perempuan tidak mahram. Pembunuhan adalah dosa besar, bermula dari pertengkaran dan perselisihan yag dibiasakan, atau dari permusuhan yang dibudayakan. Korupsi adalah dosa besar, dan awal mulanya adalah kenikmatan memegang jabatan tanpa pengawasan. Perceraian adalah dosa besar bila ia dilakukan tanpa alasan syar'i, dan pengantarnya adalah saling tidak menghormati antar suami istri.
Inilah
lima tahapan seseorang melakukan dosa-dosa. Dimulai dari sesuatu yang sangat
sepele, tanpa sadar, tanpa mengerti, dan tanpa merasa adanya pengawasan, lalu
menjelmalah ia sebagai manusia pendosa. Sungguh benar ungkapan kata mutiara
"Awwalus syajaratin Nuwaatu", awal sebuah pohon yang besar adalah
sebutir biji.
Fairuz Ahmad.
Bintara,
14 Nopember 2012, 14:40:40