(1) BERAPA LAMA
USIA KITA..?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Umur
umatku antara 60 sampai 70 tahun, hanya sedikit yang melewati itu."
(Al-Hakim dalam Mustadrak 3651)
Dengan usia kita yang berbatas waktu ini,
kita harus cerdas dalam mengelola umur, yaitu bagaimana caranya agar pahala
kita tak berbatas sampai hari kiamat, pahala tetap mengalir meski usia kita
telah habis masa aktifnya.
Jangan
sampai ketika kita mati, mati juga aliran pahala kita.
Sehingga amalan baik kita hanya terbatas pada apa yang kita kerjakan secara pribadi.
Sehingga amalan baik kita hanya terbatas pada apa yang kita kerjakan secara pribadi.
Tahukah kita bahwa ada cara cerdas agar kita
dapat pahala dari ibadah yang dikerjakan oleh orang lain..?
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan
kepada kita agar bekerja cerdas dalam mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya
meski pahala itu dari amalan orang lain, yaitu dengan memiliki 3 sumber
pemasukan pahala dari orang lain.
3 sumber aliran pahala itu
adalah:
- Mengajarkan kebaikan kepada orang lain, termasuk kepada keluarga kita. Amalan ini disebut dengan ilmu yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain sampai hari kiamat.
- Shadaqah Jariyah (amal jariyah). Adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir sampai hari kiamat.
- Anak sholeh yang senantiasa mendo'kan orang tuanya.
JADI, meski usia kita terbatas, tapi karena
kita bekerja cerdas, maka pahala kita akan terus ada dan mengalir sampai hari
kiamat.
Bagaimana, mudah bukan..?
(2) TERPUTUSNYA INCOME
Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Apabila seseorang meninggal dunia,
terputuslah amalnya kecuali dari 3 hal, shadaqah jariyah (amal jariyah), ilmu
yang bermanfaat, dan anak sholeh yang senantiasa mendo'akan orang tuanya."
(HR. Muslim 1631)
Kehidupan kita tak ubahnya seperti dagang,
agar beruntung maka harus ada transaksi yang menguntungkan. Dengan selalu
menemukan cara yang jitu dalam berdagang maka pemasukan akan selalu bertambah.
Saat penghasilan bertambah banyak, maka kita dapat memiliki simpanan harta yang
dapat diandalkan untuk mengatasi segala macam kebutuhan.
Tapi apakah kita pernah dan sering
membayangkan, bila suatu saat penghasilan kita berkurang, atau bahkan macet
alias terputus sama sekali. Mungkin
karena kita sakit sehingga tidak bisa lagi bekerja, atau perusahaan kita tutup,
atau karena kita di PHK, atau kita meninggal sehingga pemasukan untuk keluarga
terhenti sama sekali?
Bila kita sering membayangkan hal itu berarti
kita termasuk orang yang sangat bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan
kita dan keluarga kita, karena bayangan-bayangan buruk itu akan mendorong kita
untuk selalu berupaya menambah penghasilan atau membuat penghasilan baru agar
dapat banyak simpanan.
Lalu sadarkah kita bahwa sebenarnya hal itu
juga berlaku dalam amal-amal kebaikan kita?
Pernahkah
kita membayangkan bahwa suatu saat nanti, amal kebaikan kita juga akan terhenti
saat kita meninggal dunia?
Saat kita sudah tidak dapat lagi beramal
kebaikan, maka kita hanya akan menikmati pahala dari amal kebaikan yang sudah
kita lakukan saja.
Oleh
karena itu, sepatutnya kita setiap saat selalu menghitung:
- Berapa pemasukan pahala kita dari sholat kita?
- Berapa pemasukan pahala dari bacaan Al-Qur'an kita?
- Berapa pemasukan pahala dari zikir kita?
- Berapa pemasukan pahala dari puasa kita?
- Berapa pemasukan pahala dari sedekah kita?
- Berapa pemasukan pahala dari ibadah-ibadah yang lain?
Akan
tetapi, apakah kita sudah yakin juga bahwa seluruh amalan kita diterima oleh
Allah? Bila amalan kita tidak diterima, maka kita tidak mendapatkan pemasukan, jika
seperti itu keadaannya, maka bagaimana keadaan kita bila setiap saat kita tidak
bekerja untuk mendapatkan pemasukan? Na'udzu billah min dzalik.
Ya Allah mudahkanlah kami mendapatkan
pahala-MU
Dan terimalah seluruh amal ibadah kami agar
apa yang kami lakukan tidak menjadi sia-sia….amiin
(3) BESARNYA BIAYA PENGELUARAN
Dari
Abu Hurairah RA dari Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tahukah kalian siapakah orang yang
bangkrut itu?”
Mereka menjawab :
“Orang yang bangkrut di kalangan kami
adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
“Sesungguhnya orang yang bangkrut dari
umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat,
puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kezaliman. Ia pernah
mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu,
menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas
kezalimannya tersebut, diambillah di antara kebaikannya untuk diberikan kepada
si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis
dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dizaliminya sementara belum semua
kezalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang
yang dizaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam
neraka.” (HR. Muslim no. 2581)
Penghasilan yang besar tidak menjamin
seseorang dapat menutup seluruh kebutuhan pengeluarannya. Itu karena di antara
kita ada yang tidak sengaja mengeluarkan banyak pengeluaran, atau terjebak
melakukan pengeluaran, atau tidak melakukan perhitungan yang matang sehingga
menyebabkan pengeluaran membengkak, atau sengaja tidak mengerem pengeluaran,
dan yang paling berbahaya adalah terpaksa selalu melakukan pengeluaran yang
dilakukan oleh orang lain meski kita tidak melakukannya.
Kadang kita tidak sadar, bahwa ada banyak
jebakan yang kalau kita lengah akan menyebabkan kita terperangkap di dalamnya.
- Saat kita memiliki ilmu, kadang kita terjebak oleh sikap ujub atau kagum dengan ilmu kita.
- Saat kita punya uang, kita terjebak sikap bakhil.
- Saat kita sehat, kita terjebak pada kemalasan beribadah.
- Saat kita kesulitan, kita terjebak sikap putus asa.
- Saat kita kuat, kita terjebak menyakiti saudara kita.
- Saat kita berkuasa, kita terjebak melakukan korupsi.
- Saat kita merasa benar, kita terjebak meremehkan pendapat orang lain.
- Saat kita mampu melakukan amal sholeh, kita terjebak melakukan riya' dan sum'ah.
Ternyata kalau kita perhatikan, kita tak
ubahnya seperti mangsa yang rentan terperangkap jebakan para pemburu. Bila
lengah sedikit, habislah riwayat pahala amal-amal kita, yang ada hanyalah
tumpukan dosa dan kesalahan yang melimpah.
- Pernahkah kita setiap saat mengecek pengeluaran-pengeluaran kita?
- Dosa dan kesalahan apa saja yang sudah kita perbuat?
- Banyakkah dosa hari ini?
- Apakah kita telah memukul orang, menghina orang, memaki orang, menghasut orang, menyebarkan aib orang, melecehkan orang, mentertawakan orang, menyebarkan kebohongan dan lain-lain?
- Alangkah banyaknya jebakan-jebakan pengeluaran itu?
- Lalu cukupkah penghasilan kita untuk menutup semuanya?
- Bila belum cukup, lalu dari mana kita bisa menutupnya?
- Lalu bagaimana nasib kita?
- Sudikah Allah memasukkan kita ke dalam taman surga-NYA, atau ternyata nasib kita adalah menjadi bagian orang-orang yang bangkrut, na'udzu billahi min dzalik.
Ketahuilah bahwa pengeluaran-pengeluaran itu
adalah dosa-dosa.
Ya Allah hindarkan kami dari dosa-dosa, dan
ampunilah kami atas dosa-dosa kami, baik yang kami sengaja maupun yang tidak
kami sengaja…aamiin
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
♥
AYO MEMULAI KEBAIKAN DARI DIRI KITA
♥
SEKARANG JUGA
♥
SEBISA-BISANYA
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Silakan SHARE untuk sedikit menutup
pengeluaran-pengeluaran kita…
Fairuz Ahmad.
Bintara, maghrib menjelang isya' 13 Rabi'ul
Akhir 1434 H. / 23 Februari 2013 M.