Sabtu, 07 Desember 2013

SERI MANAJEMEN HIDUP

(1) BERAPA LAMA USIA KITA..?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, hanya sedikit yang melewati itu." (Al-Hakim dalam Mustadrak 3651)
Dengan usia kita yang berbatas waktu ini, kita harus cerdas dalam mengelola umur, yaitu bagaimana caranya agar pahala kita tak berbatas sampai hari kiamat, pahala tetap mengalir meski usia kita telah habis masa aktifnya.
Jangan sampai ketika kita mati, mati juga aliran pahala kita.
Sehingga amalan baik kita hanya terbatas pada apa yang kita kerjakan secara pribadi.
Tahukah kita bahwa ada cara cerdas agar kita dapat pahala dari ibadah yang dikerjakan oleh orang lain..?
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita agar bekerja cerdas dalam mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya meski pahala itu dari amalan orang lain, yaitu dengan memiliki 3 sumber pemasukan pahala dari orang lain.
3 sumber aliran pahala itu adalah:
  1. Mengajarkan kebaikan kepada orang lain, termasuk kepada keluarga kita. Amalan ini disebut dengan ilmu yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain sampai hari kiamat.
  2. Shadaqah Jariyah (amal jariyah). Adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir sampai hari kiamat.
  3. Anak sholeh yang senantiasa mendo'kan orang tuanya.
JADI, meski usia kita terbatas, tapi karena kita bekerja cerdas, maka pahala kita akan terus ada dan mengalir sampai hari kiamat.
Bagaimana, mudah bukan..?
(2) TERPUTUSNYA INCOME
Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Apabila seseorang meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali dari 3 hal, shadaqah jariyah (amal jariyah), ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang senantiasa mendo'akan orang tuanya." (HR. Muslim 1631)
Kehidupan kita tak ubahnya seperti dagang, agar beruntung maka harus ada transaksi yang menguntungkan. Dengan selalu menemukan cara yang jitu dalam berdagang maka pemasukan akan selalu bertambah. Saat penghasilan bertambah banyak, maka kita dapat memiliki simpanan harta yang dapat diandalkan untuk mengatasi segala macam kebutuhan.
Tapi apakah kita pernah dan sering membayangkan, bila suatu saat penghasilan kita berkurang, atau bahkan macet alias terputus sama sekali. Mungkin karena kita sakit sehingga tidak bisa lagi bekerja, atau perusahaan kita tutup, atau karena kita di PHK, atau kita meninggal sehingga pemasukan untuk keluarga terhenti sama sekali?
Bila kita sering membayangkan hal itu berarti kita termasuk orang yang sangat bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan kita dan keluarga kita, karena bayangan-bayangan buruk itu akan mendorong kita untuk selalu berupaya menambah penghasilan atau membuat penghasilan baru agar dapat banyak simpanan.
Lalu sadarkah kita bahwa sebenarnya hal itu juga berlaku dalam amal-amal kebaikan kita?
Pernahkah kita membayangkan bahwa suatu saat nanti, amal kebaikan kita juga akan terhenti saat kita meninggal dunia?
Saat kita sudah tidak dapat lagi beramal kebaikan, maka kita hanya akan menikmati pahala dari amal kebaikan yang sudah kita lakukan saja.
Oleh karena itu, sepatutnya kita setiap saat selalu menghitung:
  • Berapa pemasukan pahala kita dari sholat kita?
  • Berapa pemasukan pahala dari bacaan Al-Qur'an kita?
  • Berapa pemasukan pahala dari zikir kita?
  • Berapa pemasukan pahala dari puasa kita?
  • Berapa pemasukan pahala dari sedekah kita?
  • Berapa pemasukan pahala dari ibadah-ibadah yang lain?
Akan tetapi, apakah kita sudah yakin juga bahwa seluruh amalan kita diterima oleh Allah? Bila amalan kita tidak diterima, maka kita tidak mendapatkan pemasukan, jika seperti itu keadaannya, maka bagaimana keadaan kita bila setiap saat kita tidak bekerja untuk mendapatkan pemasukan? Na'udzu billah min dzalik.
Ya Allah mudahkanlah kami mendapatkan pahala-MU
Dan terimalah seluruh amal ibadah kami agar apa yang kami lakukan tidak menjadi sia-sia….amiin
(3) BESARNYA BIAYA PENGELUARAN
Dari Abu Hurairah RA dari Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”
Mereka menjawab :
“Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kezaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kezalimannya tersebut, diambillah di antara kebaikannya untuk diberikan kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dizaliminya sementara belum semua kezalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang dizaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 2581)
Penghasilan yang besar tidak menjamin seseorang dapat menutup seluruh kebutuhan pengeluarannya. Itu karena di antara kita ada yang tidak sengaja mengeluarkan banyak pengeluaran, atau terjebak melakukan pengeluaran, atau tidak melakukan perhitungan yang matang sehingga menyebabkan pengeluaran membengkak, atau sengaja tidak mengerem pengeluaran, dan yang paling berbahaya adalah terpaksa selalu melakukan pengeluaran yang dilakukan oleh orang lain meski kita tidak melakukannya.
Kadang kita tidak sadar, bahwa ada banyak jebakan yang kalau kita lengah akan menyebabkan kita terperangkap di dalamnya.
  • Saat kita memiliki ilmu, kadang kita terjebak oleh sikap ujub atau kagum dengan ilmu kita.
  • Saat kita punya uang, kita terjebak sikap bakhil.
  • Saat kita sehat, kita terjebak pada kemalasan beribadah.
  • Saat kita kesulitan, kita terjebak sikap putus asa.
  • Saat kita kuat, kita terjebak menyakiti saudara kita.
  • Saat kita berkuasa, kita terjebak melakukan korupsi.
  • Saat kita merasa benar, kita terjebak meremehkan pendapat orang lain.
  • Saat kita mampu melakukan amal sholeh, kita terjebak melakukan riya' dan sum'ah.
Ternyata kalau kita perhatikan, kita tak ubahnya seperti mangsa yang rentan terperangkap jebakan para pemburu. Bila lengah sedikit, habislah riwayat pahala amal-amal kita, yang ada hanyalah tumpukan dosa dan kesalahan yang melimpah.
  • Pernahkah kita setiap saat mengecek pengeluaran-pengeluaran kita?
  • Dosa dan kesalahan apa saja yang sudah kita perbuat?
  • Banyakkah dosa hari ini?
  • Apakah kita telah memukul orang, menghina orang, memaki orang, menghasut orang, menyebarkan aib orang, melecehkan orang, mentertawakan orang, menyebarkan kebohongan dan lain-lain?
  • Alangkah banyaknya jebakan-jebakan pengeluaran itu?
  • Lalu cukupkah penghasilan kita untuk menutup semuanya?
  • Bila belum cukup, lalu dari mana kita bisa menutupnya?
  • Lalu bagaimana nasib kita?
  • Sudikah Allah memasukkan kita ke dalam taman surga-NYA, atau ternyata nasib kita adalah menjadi bagian orang-orang yang bangkrut, na'udzu billahi min dzalik.
Ketahuilah bahwa pengeluaran-pengeluaran itu adalah dosa-dosa.
Ya Allah hindarkan kami dari dosa-dosa, dan ampunilah kami atas dosa-dosa kami, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja…aamiin
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
AYO MEMULAI KEBAIKAN DARI DIRI KITA
SEKARANG JUGA
SEBISA-BISANYA
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Silakan SHARE untuk sedikit menutup pengeluaran-pengeluaran kita…
Fairuz Ahmad.
Bintara, maghrib menjelang isya' 13 Rabi'ul Akhir 1434 H. / 23 Februari 2013 M.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar