KNALPOT-KNALPOT
Kebiasaan masyarakat berikutnya adalah merokok. Hampir bisa dipastikan acara-acara berkumpul akan diselingi dengan merokok. Sebuah kebiasaan yang sudah turun-temurun dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat kita. Kadang tak lagi mengenal tempat, waktu dan usia bahkan jenis kelamin. Banyak yang merasa menikmati kegiatan yang satu ini.
Kebiasaan masyarakat berikutnya adalah merokok. Hampir bisa dipastikan acara-acara berkumpul akan diselingi dengan merokok. Sebuah kebiasaan yang sudah turun-temurun dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat kita. Kadang tak lagi mengenal tempat, waktu dan usia bahkan jenis kelamin. Banyak yang merasa menikmati kegiatan yang satu ini.
Tulisan ini tidak sedang membicarakan hukum
merokok dalam agama kita. Namun kiranya dapat menjadi bahan renungan dan
pertimbangan bagi para penikmat rokok. Benarkah kenikmatan merokok itu ada ?
dan layakkah ia disebut sebagai kenikmatan, khususnya bagi seorang muslim yang
merokok ?
Cobalah simak sabda mulia Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam saat beliau mengabarkan tentang sifat seorang
muslim.
"(Dinamakan) seorang muslim adalah jika
orang-orang Islam lainnya merasa aman dari gangguan tangan dan
lidahnya."[9]
Bahkan dalam riwayat Imam Tirmidzi dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan
:
"Dan (dinamakan) seorang mukmin adalah
jika orang-orang merasa aman atas darah dan harta mereka dari
gangguannya."[10]
Ungkapan darah dalam hadits di atas adalah
nyawa. Artinya, menjaga nyawa diri sendiri dan orang lain adalah tanda keimanan
seseorang. Maka merusak dan menghilangkannya adalah dosa.
Kemudian pernahkah kita merasa bahwa asap
rokok yang kita kepulkan itu dirasakan nikmat oleh saudara kita yang tidak
merokok ?
Bila kita seorang muslim yang merokok, maka
cobalah amati wajah saudara kita yang turut menghirup asap rokok kita. Pastikan
wajahnya nyaman oleh perilaku kita. Pernahkah kita bertanya kepadanya, apakah
ia redha dengan asap rokok yang ia hirup dari rokok kita ?
Kadang seorang perokok telah sangat mengerti,
bahwa ada kandungan racun yang sangat banyak dari asap rokok. Namun ia tidak
mengerti bahwa racun yang berbahaya itu tidak halal bila harus tersebar kepada
saudaranya. Itulah kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan
bahwa kita dilarang mengganggu saudara kita, maka beliau menyebut sebagai seorang
muslim. Artinya, bila ada saudara kita yang terganggu oleh perilaku kita, maka
kita tidak layak disebut sebagai seorang muslim. Karena seorang muslim tidak
akan mengganggu saudaranya.
"Seorang muslim adalah saudara bagi
muslim lainnya, ia dilarang menzalimi dan menghinanya. Dan barang siapa
memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan barang
siapa yang melepaskan kesulitan saudaranya maka Allah akan melepaskan
kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat nanti. Dan barang siapa menutup aib
saudaranya maka Allah akan menutup aibnya kelak di hari kiamat."[11]
Bila kita sendiri tidak mau diganggu oleh
orang lain, maka begitu juga dengan orang lain, pasti ia tidak mau terganggu
oleh ulah kita. Seperti itulah nasehat Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat
beliau berkata :
"Tidaklah beriman seorang dari kalian
sampai ia mencintai untuk saudaranya akan apa-apa yang ia cintai untuk dirinya
sendiri."[12]
Alangkah mulianya diri kita dihadapan Allah
Subhanahu wa Ta'ala kelak, saat kita melaksanakan nasehat-nasehat Nabi dengan
menjadi sebenar-benar muslim, yang mencintai kebaikan untuk saudaranya dan
tidak pula mengganggunya saat di dunia.
Mari kita merenung sejenak tentang maksud
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melarang orang yang memakan bawang
putih atau bawang merah agar tidak mendekati masjid dan shalat berjama'ah
bersama orang-orang, pernah juga beliau mengatakan agar orang tersebut
menyingkir dari dari jama'ah dan dari masjid, bahkan Umar bin Khaththab
radhiyallahu anhu pernah menyampaikan dalam khuthbah jum'atnya bahwa Rasulullah
pernah mengusir seseorang dari masjid saat beliau mencium bau bawang tersebut
darinya.[13] Semua itu menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam tidak menginginkan ada gangguan terhadap kenyamanan bersama, meski hanya
sekedar bau bawang. Bukankah asap rokok kita juga mengganggu kenyamanan saudara
kita ? Oleh karenanya, bau tak sedap inilah yang membuatnya sama dengan bau
bawang putih atau merah.
Sekeren apapun penampilan kita, namun bila
bau asap rokok telah menyeruak, maka kita tidak jauh beda dengan preman pasar,
meski penampilan beda namun aroma tetaplah sama. Tidak berbeda.
Simaklah juga nasehat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam saat beliau menginginkan umatnya agar menjauhi api Neraka
meski dengan perantaraan sebelah/sepotong buah kurma.[14] Bahwa sedekah tak
selalu harus berjuta-juta uang. Tak selamanya ia harus banyak. Namun kadang
sedekah yang sedikit pun mampu menghalangi kita dari jilatan api Neraka.
Bila kita diperintahkan oleh Nabi agar
menjauh dari Neraka, lalu bagaimana nasib kita kelak saat menemukan banyak
sekali pengeluaran-pengeluaran yang malah mendekatkan kita pada Neraka ? Ya,
bukankah kita telah dengan sukarela membelanjakan harta titipan Allah itu untuk
hal-hal yang merusak diri kita dan mengganggu saudara kita ? Mudah2an Allah
Azza wa Jalla menyadarkan kita semua.
Dalam agama kita mengenal Maqashid
As-Syari'ah, yaitu tujuan-tujuan utama penerapan syari'ah. Dan di antara tujuan
penerapan syari'ah adalah menjaga kesehatan tubuh. Oleh karena itu kita wajib
mengenal adanya larangan merusak tubuh. Bila dalam rokok terdapat banyak racun
yang berbahaya, maka mengkonsumsinya adalah hal yang tidak sesuai dengan
Maqashid As-Syari'ah. Lalu bagaimana pula saat kita memaksa saudara kita
menghirup sesuatu yang bisa merusak tubuhnya ? maka akan bertumpuk-tumpuklah
kesalahan-kesalahan kita.
Maqashid As-Syari'ah lainnya adalah menjaga
harta dari kerusakan. Setiap orang yang merokok pasti sangat mengerti dan sadar
bahwa ia harus merelakan sejumlah uangnya untuk merokok. Bila ia mau sejenak
menghitung semua uang yang sudah ia keluarkan untuk merokok selama
bertahun-tahun, pastilah ia akan tercengang dengan jumlahnya. Maka hendaknya ia
mulai menghitung dari sekarang sampai lima
tahun ke depan misalnya. Dan uang itu hanya untuk merokok. Bukankah ia bisa mengambil kesimpulan bahwa ia sedang
memusnahkan hartanya ? dan bukankah itu perilaku yang tidak sesuai dengan
Maqashid As-Syari'ah ? sepatutnya ia mengerti bahwa seluruh pengeluarannya tersebut
adalah sikap tabdzir, yaitu merusak harta benda. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman :
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada
Tuhannya."[15]
Alangkah nikmatnya bila kita selalu dalam
naungan nasehat-nasehat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dan di antara
nasehatnya adalah :
"Sesungguhnya Allah Ta'ala meridhai bagi
kalian tiga hal dan membenci dari kalian tiga hal.
Allah meredhai kalian menyembah-NYA, tidak
menyekutukan-NYA, dan berpegang teguh pada Tali Allah dan tidak bercerai-berai.
Dan Allah membenci qiila wa qaala (berbicara
tanpa hujjah), banyak pertanyaan, dan menyia-nyiakan harta benda."[16]
Di antara hal-hal yang membuat lingkungan
tidak nyaman yang dihasilkan dari kebiasaan merokok adalah sampah rokok. Hampir
kebanyakan para perokok tidak lagi peduli dengan sampah rokoknya. Ia sering
membuang sampah puntung rokoknya secara sembarangan. Mulai dari halaman rumah
sampai jalanan. Tak jarang kita selalu menemukan sampah puntung rokok yang
berceceran.
Bila kita adalah muslim yang merokok,
pernahkah kita memikirkan apakah saudara-saudara kita merasa nyaman dengan
sampah-sampah kita itu ? atau mungkin mereka sebenarnya merasa sangat terganggu
dengannya ?
Maka sekali lagi, bila sampah-sampah itu
mengganggu kenyamanan saudara kita, maka kita telah mengetahui bahwa mengganggu
kenyamanan sesama saudara adalah bukan ciri seorang muslim. Ketahuilah bahwa
sampah adalah perkara yang mengganggu kenyamanan, sedang menyingkirkan gangguan
adalah wujud dan ciri dari cabang iman yang paling rendah. Bila cabang keimanan
yang paling rendah saja kita tak punya, maka dari mana kita bisa menyebut diri
sebagai seorang yang beriman. Cabang-cabang iman ibarat anak tangga. Untuk
mencapai puncaknya seseorang harus memulai dari cabang yang paling rendah.
Begitulah Rasulullah memberikan nasehatnya kepada kita :
"Iman itu ada tujuh puluh lebih atau
enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah mengucapkan Laa Ilaaha Illa
Allah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan. Dan
rasa malu adalah salah satu cabang iman."[17]
Dan termasuk sampah rokok adalah asapnya.
Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan udara sehat untuk kita. Lalu
atas dasar apa kita merusaknya ? pernahkah kita memikirkan akibat dari
perbuatan kita yang merusak itu saat kelak berdiri di hadapan Allah untuk
mempertanggungjawabkannya ? bukankah telah sampai kepada kita bahwa perilaku
merusak itu dilarang oleh Allah ?
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di
jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan
"[18]
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya"[19]
Akhirnya, boleh jadi kita sudah tidak sadar
bahwa banyak saudara-saudara kita yang saat ini sedang bersabar atas perilaku
buruk kita. Kita telah membuatnya tidak nyaman dengan asap rokok dan juga
sampahnya. Dan sepatutnya kita tahu bahwa kesabaran mereka atas perilaku buruk
kita adalah kebaikan bagi mereka, namun ia adalah dosa bagi kita. Bisakah kita
renungkan sejenak saja ungkapan Nabi saat beliau menasehati seorang sahabatnya
yang mengadu padanya :
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata :
Telah datang seseorang kepada Nabi lalu
berkata :
"Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat
dimana aku selalu menyambung tali silaturahim dengannya namun ia memutuskannya.
Dan aku berbuat baik padanya namun ia berlaku buruk padaku. Ia berbuat
sewenang-wenang padaku namun aku selalu berbuat bijak padanya."
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Bila keadaanmu sebagaimana yang kamu
katakan, maka sejatinya engkau bagaikan sedang memberinya makan abu panas, dan
Allah akan senantiasa memberikanmu pertolongan atas perilaku mereka selama kamu
dalam keadaan seperti itu."[20]
-----bersambung (Pelayat Berkostum Hitam-hitam, Stasiun TV Al-Khurafaat,
Prosedur Pengiriman Jenazah)
Fairuz Ahmad.
Cerita Perjalanan dari Bintara ke Wanaraja, 14-15 Rabi'ul Akhir 1434
H./25-26 Februari 2013 M.
Selesai ditulis hari kamis, 24 Rabi'ul Akhir 1434 H./7 Maret 2013 M.
----------
Catatan :
[9]
Hadits Riwayat :
- Bukhari dari Abdullah bin Amr, Kitabul Iman No.10.
- Abu Dawud dari Abdullah bin Amr, Kitabul Jihad No.2481.
- An-Nasa'i dari Abdullah bin Amr, Kitabul Iman wa Syarai'uhu No.4996.
- Ad-Darimi dari Abdullah bin Amr, Kitabur Raqaaq No.2716.
[10] Tirmidzi dari Abu Hurairah, Kitabul Iman
2627.
[11] HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr,
Kitabul Madhalim No.210.
[12] HR. Bukhari dari Anas bin Malik, Kitabul
Iman No.13. dan Muslim No.45.
[13] Silakan lihat Kitab Riyadhus Shalihin
Bab Nahyu Man Akala Tsuman Au Bashalan, hadits No.1701-1705 hal.572 Cetakan
Mu'assasah Ulumil Qur'an Beirut
1410 H./1990 M.
[14] Lihat matan asli di riwayat Bukhari dari
Adi bin Hatim, Kitab Ar-Raqaaq Bab Sifatul Jannah wan Nar no.6195 dan riwayat
Muslim dari Adi bin Hatim, Kitab Zakat no.1687.
[15] Al Israa’ : 27
[16] Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
Kitabul Aqdhiyah no. 1715.
[17] Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
Kitabul Iman no.35.
[18] Al-Baqarah : 195.
[19] Al-A'raaf : 56.
[20] Al-Adabul Mufrad Imam Bukhari dari Abu
Hurairah No.52