Episode 6 : Berimanlah..! berimanlah..!
Pada suatu subuh yang dingin
di sebuah masjid di tanah Bintara. Seperti biasanya shalat subuh kali itu kebetulan
dipimpin oleh imam yang membaca do'a qunut, karena sudah gilirannya sebab di
subuh sebelumnya shalat jama'ah dipimpin oleh imam yang tidak membaca qunut.
Dan sebagaimana do'a-do'a qunut yang dibaca oleh sang imam, maka para jama'ah
yang mengikutinya akan mengucapkan lafal "aamiin". Bila melihat
bacaan yang benar, maka lafal tersebut harus dibaca "mad" atau
panjang "aa" dan "miin".
Rupa-rupanya ada seorang
makmum yang mengucapkannya,
"aamin".."aamin",
panjang pada "aa"
namun pendek pada "min". Untungnya sang imam kelihatannya tidak
mendengar, atau mungkin mendengar namun tidak tahu artinya. Sebab bila sang imam
mendengar dan tahu artinya, bisa jadi ia sangat jengkel alias nggerundel dan
selesai shalat mungkin ia akan menegur sang makmum.
HIKMAH:
Memahami makna bacaan dan cara membacanya yang benar adalah hal yang
harus diusahakan. Sebab pada episode kali ini sang makmum benar-benar tidak
mengerti arti lafal yang ia ucapkan. Bila ia mengucapkannya benar yaitu
"aamiin" maka artinya kabulkanlah, yaitu agar Allah mengabulkan do'a
yang dibaca oleh imam. Namun bila ia mengucapkannya "aamin" maka
artinya adalah berimanlah! Masa imam yang baca do'a disuruh beriman???
Di antara perbedaan
pengucapan kata yang bunyinya hampir sama adalah sebagai berikut:
Kabulkanlah (aamiin)
Telah menjadi aman (amin,
dari kata amina ya'manu)
Berimanlah atau berilah rasa
aman (aamin, dari kata aamana yu'minu)
Orang yang amanah (amiin)
Fairuz Ahmad.
Bintara
di tepi pagi, 10 Muharram 1435 H./ Nopember 2013 M.
---bersambung episode 7 "Tiba-tiba Imam
"ngetem",,,