4. KISAH PERSELISIHAN KAUM AUS DAN KHAZRAJ OLEH SYAS BIN QAIS.
Dalam
banyak buku Sirah Nabawiyah pernah ada peristiwa hasutan orang Yahudi bernama
Syas bin Qais kepada orang-orang Anshar dari suku Aus dan Khazraj yang sedang
berkumpul. Kisah ini diriwayatkan oleh Zaid bin Aslam.
Di antara hasutan yang dihembuskan oleh orang Yahudi ini adalah mengingatkan kembali pada perang Bu'ats antara kedua suku tersebut yang berlangsung sampai 40 tahun. Akhirnya semuanya kembali terpancing membanggakan para pendahulunya dalam peperangan tersebut dan kemudian memanas hingga dua belah pihak sudah saling angkat senjata. Namun kemudian ada yang melaporkan kepada Nabi dan akhirnya beliau datang dan menasehati keduanya dan turunlah ayat 98-101 surat Ali Imran.
Di antara hasutan yang dihembuskan oleh orang Yahudi ini adalah mengingatkan kembali pada perang Bu'ats antara kedua suku tersebut yang berlangsung sampai 40 tahun. Akhirnya semuanya kembali terpancing membanggakan para pendahulunya dalam peperangan tersebut dan kemudian memanas hingga dua belah pihak sudah saling angkat senjata. Namun kemudian ada yang melaporkan kepada Nabi dan akhirnya beliau datang dan menasehati keduanya dan turunlah ayat 98-101 surat Ali Imran.
Penceramah
pendusta itu mencoba memanfaatkan ayat Al-Qur'an yang mulia ini dengan
mengatakan bahwa jangan sampai kita bercerai-berai gara-gara hasutan musuh.
Sekali
lagi ucapan pendusta ini benar adanya bila memang diniatkan ikhlas sebagaimana
mestinya ayat itu turun pada kisah Aus dan Khazraj. Namun bila kemudian yang
dimaksud adalah larangan bercerai-berai antara Islam dan Syi'ah maka sungguh ia
adalah penipu ulung.
Apakah
ia buta dengan sejarah kaum Sabaiyyah yang menghasut para pembangkang dan
pembunuh Khalifah Utsman ? dan juga menghasut pasukan Ali dan pasukan Aisyah
dalam perang Jamal ?
Sebenarnya
siapa yang tukang hasut kalau bukan orang-orang Syi'ah yang pembuat agamanya
adalah orang Yahudi Yaman bernama Abdullah bin Saba' ?
Sungguh
tidak ada bedanya antara Syas bin Qais Yahudi Madinah dengan Abdullah bin Saba'
Yahudi Yaman. Dan penceramah itu sejatinya telah menghasut hadirin agar jangan
sampai termakan oleh penjelasan para Ulama yang menyesatkan dan mengkafirkan
Syi'ah. Bukti hasutannya ini bisa dilihat dari ucapan dungunya saat menyatakan
bahwa meskipun ada Ketua Ulama sedunia yang berfatwa agar memerangi dan
membunuh musuh-musuh Islam di Suriah pimpinan Presiden Basyar Asad maka kita
umat Islam jangan sampai mendengarkan fatwanya karena itu adalah fatwa yang
mengadu domba umat. Dan yang dimaksud oleh penceramah penghasut ini sebenarnya
adalah fatwa Syeikh DR. Yusuf Al-Qardhawi.
Dan
sungguh ia telah buta dari peringatan keras Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bahwa pengadu domba tidak masuk Surga.[40]
Semoga
Allah membinasakan para penghasut umat sejati ini sebagaimana binasanya kamu Ad
dan Tsamud.
5.
larangan-larangan
dalam haji.
Satu lagi kebodohan penceramah pendusta
tersebut yang hendak menipu umat dengan jebakan ayat 197 surat Al-Baqarah yang artinya :
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang
dimaklumi(Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah),
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji."
Ia mengatakan bahwa larangan-larangan
tersebut berlaku umum dan tidak khusus pada bulan haji.
Betapa bodohnya bila hawa nafsu telah
menguasai hati, pendengaran dan penglihatan, sehingga kalimat "fil
hajji" yang artinya di dalam masa mengerjakan haji tidak terbaca olehnya.
Maha Benar Allah saat mengatakan perihal orang-orang kafir dengan firman-NYA :
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka
itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai."[41]
Bukankah
telah sangat jelas bahwa larangan itu berlaku di masa mengerjakan haji ?. Sedangkan
larangan-larangan serupa yang sifatnya umum maka ayat ini bukanlah dalilnya.
Bila ia adalah penceramah yang ikhlas, tentunya akan tahu dalil-dalil larangan serupa
yang sifatnya umum tersebut letaknya dimana.
Kebodohan berikutnya dalam menjelaskan ayat
ini adalah saat ia mengartikan kata "rafats" dengan arti "berkata
kotor". Padahal ulama tafsir Ibnu Katsir, Ath-Thabari, Al-Qurthubi,
Asy-Syaukani, Al-Baghawi dan lain-lain mengartikannya "jima" yaitu
berhubungan suami istri.
Kalau ia berpendapat bahwa larangan-larangan
itu sifatnya umum di semua waktu, maka hubungan suami istri akan terlarang juga
pada masa selain haji. Sungguh pendapat yang tidak keluar kecuali dari mulut
orang bodoh.
Sebenarnya ia menginginkan dengan ayat ini
agar umat Islam tidak berkata kotor pada penganut agama sesat itu.
Oleh karena itu ia menegaskan kembali bahwa
sebagai umat Islam yang baik maka jangan sampai mempertuhankan habib, referensi,
guru, mazhab dan pendapat ulama.
Semua
orang pasti sepakat dengan kata-kata di atas. Namun sekali lagi, ungkapan itu
sangatlah persis dengan jawaban Khalifah Ali bin Abi Thalib saat menjawab
tuntutan para Khawarij agar berhukum dengan Kitabullah. Beliau menjawab
"Kalimatu haqqin uriida bihal bathil", kalimat haq namun diinginkan
denganya kebatilan.
Artinya,
umat Islam jangan lagi berpegang pada kata-kata ulamanya, pada kitab-kitab
karangan ulamanya dan juga pada fatwa-fatwa ulamanya.
Dan
tema kedua yang diangkat oleh penceramah pendusta ini, sebenarnya lebih
mengarah pada gerakan Taqrib, yaitu gerakan mendekatkan Islam dan Syi'ah. Oleh
karena itulah tema-tema yang diangkat semuanya berbicara masalah persatuan dan
larangan perpecahan. Meski pada dasarnya penuh dengan tipuan dan dusta.
Syeikh
Muhibbuddin Al-Khathib dalam bukunya Al-Khuthut Al-'Aridhah mengatakan bahwa
gerakan Taqrib ini sudah berlangsung lama sejak masa Shalahuddin Al-Ayyubi
sampai sekarang (saat buku ini ditulis, pen.) dan kesuksesan gerakan ini lebih
disebabkan karena adanya sambutan antar kedua belah pihak, sehingga pada saat
itu berdirilah Lembaga di Mesir yang dinamakan Daru Taqrib yang dibiayai
langsung oleh negara Syi'ah Iran. Dan negara Iran sangat memprioritaskan gelontoran
dananya untuk Lembaga tersebut dari pada membangun Lembaga Taqrib serupa di
negerinya sendiri seperti Qom, Najaf, Teheran atau Jabal Amil.
Dalam
komentarnya di buku ini, Muhammad Nashif mengatakan bahwa gelontoran dana
besar-besaran untuk membangun Lembaga Taqrib di negeri-negeri lain terus
berulang kali, termasuk pengiriman para da'inya, sehingga tidak mengherankan
bila di kemudian hari ada negara sunni mayoritas berubah menjadi minoritas
seperti halnya dengan Irak. Dan pada masa Syeikh Jalaluddin As-Suyuthi
datanglah seorang da'i Syi'ah dari Iran yang mana karena kedatangannya itulah
beliau lantas menulis buku Miftahul Jannah Fil I'tisham Bis Sunnah.[42]
Sesungguhnya
masalah pendekatan Islam dan Syi'ah tidak akan mungkin terjadi karena perbedaan
masalah Ushuluddin atau pokok-pokok agama. Bila pokoknya sudah berbeda maka
tidak ada gunanya lagi membicarakan pendekatan masalah cabangnya yaitu fiqih.
Dan
sebenarnya ada satu hal yang tidak ada keraguan padanya yaitu, bahwa Syi'ah
sendiri tidak menginginkan dan tidak rela dengan adanya Taqrib, sebab itulah ia
berjuang dan berupaya menyebarkan gerakan Taqrib ke negeri lain dan menolak
sekecil apa pun suara yang mengumandangkan Taqrib di negerinya. Minimal ada
pengaruh Taqrib di lembaga-lembaga pendidikan di negeri lain. Dan tidak ada
ajakan Taqrib kecuali dari negara Iran kepada negara lain. Ia seperti aliran
listrik yang tidak akan mungkin bertemu antara plus dan minusnya.[43]
Umat
Islam patut bersyukur kepada Syeikh Muhibbuddin yang telah banyak menyadarkan
fitnah Taqrib dan bahaya Syi'ah terhadap aqidah Islam. Semoga Allah Subhanahu
wa Ta'ala berkenan memberikan pahala atas perjuangan dan pengorbanan beliau
untuk melindungi agama dari makar dan pengrusakan orang-orang Syi'ah.
Penganut
agama Syi'ah biasanya berlindung di balik fatwa-fatwa kontroversial Ulama islam
yang longgar dalam menentukan status agama Syi'ah, atau fatwa para Ulama yang
sudah mengalami manipulasi, atau fatwa ulama yang sudah lewat masa berlakunya
alias Ulama yang pernah mengeluarkan fatwa tersebut telah menarik kembali dan
rujuk dari fatwanya. Di antara fatwa-fatwa ulama yang dijadikan payung adalah
Risalah Amman yang dihadiri oleh lebih dari 500 Ulama sedunia. Ada baiknya para
pembaca meluaskan wawasannya pada link-link terkait dengan Risalah atau
Deklarasi Amman tersebut.[44]
Alhamdulillah
selesai dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga tulisan yang ala kadarnya
ini dapat menjadi saksi atas pembelaan penulis terhadap agama-NYA dari makar
dan pengrusakan kaum zindiq dan mulhid.
Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi karunia.
Fairuz Ahmad.
Bintara,
Ahad 14 Sya'ban 1434 H./23 Juni 2013 M.
-------------------------------------------------------------------
Catatan
dan sebagian referensi :
[1]
Surat Ali Imran : 7.
[2]
HR. Ibnu Majah, disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah [1887] As-Syamilah.
[3]
Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairil Ibaad oleh Ibnu Qoyyim 4/11, Tahqiq Syu'aib
Al-Arna'uth dan Abdul Qadir Al-Arna'uth, Mu'assasah Ar-Risalah 1406 H./ 1986 M.
[4]
Nama dan Foto ada pada penulis.
[5] Bukhari dari anas bin Malik no.5694.
[6] 29 surat Al-Fath.
[7] 9 surat At-Tahrim.
[8] Bukhari dari Abdullah bin Umar no.25.
Muslim dari Abdullah bin Umar no.22. Abu Dawud dari Anas bin Malik no.2641.
An-Nasa-i dari Anas bin Malik no.5003. Ad-Daruquthni dari Abu Hurairah no.1862
dan dari Abdullah bin Umar no.886. Tirmidzi dari Abu Hurairah no.2606 dengan
lafal sedikit berbeda.
[9] As-Sunnah Ahmad Abu Bakr Al-Khallal
hal.463.
[10] Fathul Bari Ibnu Hajar 13/72.
[11] Shahih Bukhari dari Abu Sa'id Al-Khudri
no.3470. Muslim dari Abu Hurairah
no.2540. Abu Dawud dari Abu Sa'id Al-Khudri no.4658. Ibnu Majah dari Abu Sa'id
Al-Khudri no.161.
[12] Al-Furqaan : 63.
[13] Shahih Muslim 2564.
[14]
Muslim dari Abu Hurairah no.1910. Abu Dawud dari Abu Hurairah no.2502. Nasa-i dari Abu Hurairah 8/6.
[15]
Bukhari dari Anas bin malik 3472. Ahmad dari Sahl bin Sa'd 22304.
[16]
Muslim dari Abu Hurairah no.2417 dan 4438.
[17]
Bukhari dari Amr bin Maimun no.3497.
[18]
Al-'Awashim Minal Qawashim Al-Qadhi Abu Bakr Ibnul Araby Tahqiq dan Ta'liq
Syeikh Muhibbuddin Al-Khathib, Maktabah As-Sunnah Cetakan 5 Th.1408 H. hal.73.
[19]
Huqbah Minat Tarikh DR. Utsman Muhammad Al-Khamis hal.110
[20]
Tarikh Khalifah Ibnu Khayyath hal.176.
[21]
Al-Mustadrak Alas Shahihain no.4624.
[22]
Al-Mustadrak Alas Shahihain no.4600.
[23]
Siyar A'lamin Nubala 3/479-480.
[24] Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir
7/200.
[25] Al-'Awashim Minal Qawashim Al-Qadhi Abu
Bakr Ibnul Araby Tahqiq dan Ta'liq Syeikh Muhibbuddin Al-Khathib, Maktabah
As-Sunnah Cetakan 5 Th.1408 H. hal.260.
[26] Huqbah Minat Tarikh DR. Utsman Muhammad
Al-Khamis hal.31-39.
[27] Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari hadits
no.663.
[28] Al-'Awashim Minal Qawashim Al-Qadhi Abu
Bakr Ibnul Araby Tahqiq dan Ta'liq Syeikh Muhibbuddin Al-Khathib, Maktabah
As-Sunnah Cetakan 5 Th.1408 H. hal.261.
[29] As Sunnah oleh Al-Khallal: 2/557.
[30] Tafsir Ibnu Katsir : 4/219.
[31] Tafsir al-Qurthubi: 16/297.
[32] Al-Sunnah oleh Al-Khalal : 2/557-558.
[33] Al-Sunnah oleh Imam Ahmad : 82.
[34] Khalqu Af’al Al-Ibad : 125.
[35] Al Mu’tamad, hal. 267.
[36] Al-fashl fi al-Milal wa al-Nihal : 2/213.
[37] Al-fashl fi al-Milal wa al-Nihal : 5/40.
[38]
Al-Ihkam Fii Ushuulil Ah-kaam : 1/96.
[39]
Huqbah Minat Tarikh DR. Utsman Muhammad Al-Khamis hal.7-10.
[40]
Bukhari 5709 dan Muslim 105.
[41]
Al-A'raaf : 179.
[42]
Al-Khuthuth Al-Aridhah Lil Usus Allati Qaama 'Alaiha Dinus Syi'ah Al-Imamiyyah
Al-Itsna 'Asyriyyah oleh Muhibbuddin Al-Khathib hal.7-8.
[43]Al-Khuthuth
Al-Aridhah Lil Usus Allati Qaama 'Alaiha Dinus Syi'ah Al-Imamiyyah Al-Itsna 'Asyriyyah
oleh Muhibbuddin Al-Khathib hal.43-44.
[44]
Teks Risalah Amman :
http://www.ammanmessage.com/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=34&lang=ar
Sikap Al-Azhar Mesir tentang ‘Taqrib’
Sunni-Syiah :
http://www.hidayatullah.com/read/27205/11/02/2013/sikap-al-azhar-mesir-tentang-%E2%80%98taqrib%E2%80%99-sunni-syiah.html
Penjelasan
tentang syubhat Risalah Amman :
http://www.lppimakassar.com/2012/11/syiah-berlindung-di-balik-risalah-amman.html
Sikap
para penandatangan Risalah Amman :
http://nahimunkar.com/sikap-para-penandatangan-risalah-amman-terhadap-syiah/
Fatwa
Terbaru Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi tentang Syiah :
http://arrisalah-institute.blogspot.com/2012/03/fatwa-kontemporer-syaikh-yusuf-al.html