Sabtu, 07 Desember 2013

Episode Juha Dari Tanah Bintara [1]


Cerita-cerita bernyawa dari sebuah Masjid di tanah Bintara
Suatu hari saat musim kompetisi piala Eropa yang selalu digelar dini hari, seorang imam masjid di sebuah masjid di tanah Bintara mengimami shalat subuh sebagaimana biasa. Dan pada raka'at kedua ia membaca surat Al-Qadr. Pada ayat kedua ia membaca,
"lailatul qadri khairum min alfi sahr",
dengan membunyikan huruf sin kecil dimana seharusnya ia mengucapkannya dengan sin besar yang ada tiga titik.
Selesai shalat saya berterima kasih dalam hati kepada sang imam shalat, karena ia telah mengingatkan jama'ah agar jangan begadang. Sebab "sahr" kalau dibaca dengan sin kecil maka artinya adalah
"mele'an" alias begadang, jadi arti ayat adalah "malam lailatul qadar itu lebih baik dari pada seribu mele'an"
Hikmah:
Pentingnya kita mengetahui makhraj huruf Arab agar tidak menimbulkan salah arti.
-----------
Baru-baru ini sebuah masjid di tanah Bintara itu membeli Petunjuk Waktu Shalat Digital yang di antara fungsinya adalah mengatur secara otomatis jarak waktu azan dan iqamah agar lebih tertib. Rupanya sudah lama juga beberapa jama'ah menginginkan alat tersebut. Dan pada saat hari pertama pembelian alat itu, diaturlah jarak waktu antara azan dan iqamah sekitar 8 menit.
Di saat masuk waktu shalat isya, maka aktivitas azan tidak ada masalah. Sang imam sudah selesai shalat dua raka'at. Beberapa jama'ah yang sudah ingin tertib dalam shalat terlihat santai dan menikmati sedikit waktu untuk berzikir. Tiba-tiba sang imam berkata: "qomat..!
Sang mu'azin menjawab: "sebentar Ustadz, waktunya belum habis.."
Imam: QOMAT !!!!
Maka terpaksalah shalat diiqamahkan sedang waktu belum habis. Ternyata sebelum memulai takbiratul ihram, sang imam balik badan ke jama'ah dan berkata : "kalau sudah waktunya qomat ya qomat ngga usah nunggu-nunggu lagi. Kalau saya tidak bisa begitu".
Hikmah:
Ada yang tahu hikmahnya? Bila belum tahu, silakan mengetahuinya di sini:
---------------
Pada suatu Jum'at, sebuah masjid di tanah Bintara seperti biasanya melaksanakan shalat jum'at berjama'ah. Semua petugas jum'at sudah diumumkan dan semuanya ada.
Tiba giliran petugas bilal memulai azan pertamanya, lantas berdiri untuk mengambil mic. Baru selesai mengucap Allahu Akbar tiba-tiba jatuh tersungkur. Rupanya dari pagi belum ada satu makanan pun yang ia makan.
Hikmah:
Sarapan dulu sebelum memulai aktivitas, meskipun sekedar azan.
-----------------
Di suatu subuh yang penuh kenangan di sebuah masjid di tanah Bintara. Imam yang sudah uzur tetap memaksakan diri untuk menjadi imam. Pada raka'at pertama sukses tanpa ada masalah. Tibalah raka'at kedua. Ternyata sukses juga sampai duduk untuk tasyahud.
Tiba-tiba sebelum ia mengucap salam ternyata sudah memimpin do'a bersama. Oh, ternyata saat itu ia lupa karena sudah uzur usianya. Jadilah shalat subuh pertama kali di dunia yang dilaksanakan tanpa salam perpisahan.
Hikmah:
Usia uzur biasanya menyebabkan kepikunan, jadi sudah tidak layak menjadi imam shalat.
-------------------------
Dalam shalat subuh yang seperti biasanya dilaknakan di sebuah masjid di tanah Bintara, imam selalu membaca do'a qunut dengan do'a-do'a yang sudah biasanya dilantunkan. Namun pada potongan do'a yang sudah sangat dihafalnya itu, sang imam berkata:
"waqinaa birahmatika sarra maa qadhait".
Ia membacanya dengan sin kecil yang seharusnya sin besar pakai titik tiga.
Bila dibaca benar maka arti "syarro" adalah keburukan, dan arti do'a adalah "dan lindungilah kami –dengan rahmat-MU- dari keburukan apa-apa yang telah Engkau tetapkan".
Bila dibaca sin kecil yaitu "sarro" maka artinya bisa "kesenangan", sehingga arti do'anya adalah : "dan lindungilah kami dari kesenangan.....". oh, alangkah malangnya hidup kita bila kita dijauhkan dari kesenangan.
Atau bisa juga "sarro" berarti "merasakan sakit pada bagian pusar", ya sedikit lebih baik dari pada kesalahan pertama.
Hikmah:
pentingnya kita mengetahui makhraj huruf Arab agar tidak menimbulkan salah arti.
-------------------
Di suatu maghrib yang masih diselimuti senja-senja merah, tepatnya di sebuah masjid di tanah Bintara. Ada seorang anak usia SMA yang mengumandangkan azan. Anak tersebut memang kadang-kadang azan di masjid itu.
Saat ia sudah sampai kalimat "hayya alal falah" dan akan diulang sekali lagi, tiba-tiba ia mengucap "asyhadu anna Muhammadar Rasulullah...". selanjutnya berhenti beberapa saat dan langsung mengucap "laa ilaha illa Allah..."
Ketika selesai azan dan ditanya kenapa, ia menjawab: "tadi saya ngelamun"
Hikmah:
Ngelamun pangkal kekeliruan.
------------------
Di suatu shalat isya dengan suasana yang masih penuh semangat menunaikan shalat, majulah seorang imam yang lain. Biasanya tidak ada masalah dengan shalat maupun bacaan suratnya sang imam.
Namun pada saat ia membaca surat Al-A'la, ia sedikit mengalami gangguan teknis pada mesin ingatannya, lalu berhenti sejenak kemudian ia lanjutkan dengan PD-nya. Ternyata yang ia lanjutkan adalah surat lain yang memang ada ayatnya yang sedikit mirip dengan ayat di surat Al-A'la. Walhamdulillah penumpang selamat sampai tujuan.
Hikmah:
Kita perlu memeriksa mesin ingatan kita secara periodik agar tidak mengalami gangguan saat digunakan.
Bersambung, selama masjid, bahan cerita dan tukang ceritanya masih ada.....
Fairuz Ahmad.
Bintara, tempat dimana sebuah masjid itu berada, 11 Mei 2013, 13:03:21
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar